Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid: "Banyak Tafsir Agama Diskriminatif terhadap Perempuan"

Edisi: 46/29 / Tanggal : 2001-01-21 / Halaman : 38 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


DARI balik tubuhnya yang mungil, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid punya energi besar. Dalam beberapa tahun terakhir, dia mencoba membongkar dan mengkaji ribuan "kitab kuning"-kitab klasik agama Islam yang diajarkan di banyak pesantren. Dia melakukannya dengan daya tahan dan ketekunan yang mencengangkan rekan-rekannya. "Suatu malam, ia memimpin rapat tim kami di Istana Bogor hingga larut malam. Ia masih segar tatkala sebagian dari kami sudah kepayahan," kata seorang kawan dekat yang ikut serta dalam program Forum Kajian Kitab Kuning pimpinan ibu negara itu.

Energi itu tak lain diilhami oleh keprihatinannya terhadap hak-hak perempuan yang sering ditindas atas nama agama. Kitab kuning memuat tafsir ayat Alquran dan hadis Rasulullah Muhammad yang diajarkan secara turun-temurun oleh para ulama. Sayang, banyak tafsir itu yang, menurut Nuriyah, bersifat diskriminatif kepada kaum perempuan.

Forum itu sudah bekerja selama tiga setengah tahun. Sebuah tim beranggotakan 13 ahli fikih, tafsir, hadis, bahasa Arab, dan gender, serta ahli-ahli antropologi turut serta dalam forum kajian ini. "Ini sebuah pekerjaan dengan pendekatan akademis," ujar Sinta Nuriyah kepada TEMPO.

Forum Kajian Kitab Kuning sebetulnya cuma satu dari sejumlah kegiatan Sinta Nuriyah yang memiliki muara serupa: membantu perempuan-termasuk wanita yang menjadi korban kekerasan. Juni tahun silam, bersama sejumlah rekannya, ia membentuk Puan Amal Hayati, yang mengupayakan pesantren-pesantren sebagai pusat penanganan women crisis. Banyak dari kegiatan itu ia lakukan jauh sebelum suaminya memimpin negeri ini sebagai presiden. Pada 1999, misalnya, ia menggelar forum Mendengar Perempuan Bicara, yang mengetengahkan korban-korban kekerasan dalam kerusuhan Mei 1998, yang memaparkan pengalaman mereka mengatasi krisis. Aktivitas Nuriyah di bidang bantuan perempuan mendatangkan sejumlah penghargaan. Awal Desember tahun silam, pemerintah Jepang memberinya sebuah penghargaan khusus di Okinawa untuk usahanya membantu kaum wanita korban kekerasan-sebuah kegiatan yang terus dilakukannya di tengah kesibukan sebagai istri presiden.

Langgam hidup Nuriyah-mau tidak mau-berubah setelah menjadi nyonya rumah di Istana Merdeka. Ia tak bisa lagi lebih banyak berperan di belakang layar seperti yang banyak dia lakukan selama Abdurrahman Wahid memimpin Nahdlatul Ulama. Sebagai wanita pertama Indonesia, Sinta Nuriyah harus muncul di hadapan sorotan kamera dan media massa. Ia juga melakukan sejumlah perjalanan internasional yang amat menyita waktu. Uniknya, ia mengakui, kini para anggota keluarganya lebih sering berjumpa dibandingkan dengan masa-masa suaminya menjadi Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. "Di masa itu, tamu bisa tak berkeputusan selama 24 jam. Sekarang, semuanya jauh lebih teratur sehingga kami sekeluarga lebih kerap berkumpul," ujarnya.

Perempuan kelahiran Jombang 53 tahun lalu ini juga dikenal sebagai sosok yang amat gemar belajar. Kecelakaan mobil-yang membawanya ke atas kursi roda-pada 1993 tidak memadamkan niatnya untuk meneruskan pendidikan. Alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga ini menyelesaikan studi S-2 kajian wanita di Universitas Indonesia pada 1995 dengan tesis berjudul Perkawinan Usia Muda dan Kesehatan Reproduksi. Nuriyah mengakui, studi ini banyak membukakan matanya tentang betapa wanita banyak mengalami diskriminasi oleh masyarakat dan agama.

Pada 1993, ia mengalami kecelakaan mobil di jalan tol. Peristiwa itu mengantarkannya ke atas kursi roda selama beberapa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…