Batavia Abad Ke-19 Sebagai Mesin Waktu: Rekaman Fotografi Woodbury & Page Tahun 1850-1890-an

Edisi: 47/29 / Tanggal : 2001-01-28 / Halaman : 59 / Rubrik : IQR / Penulis : , ,


BATAVIA seperti kota-kota kolonial Asia lainnya: Kalkuta, Makau, Singapura, Malaka, punya masa keemasan yang unik karena jalinan budaya Eropa, Cina, India, Arab, Melayu, dan Jawa. Menyaksikan lembaran-lembaran foto yang merekam seni bangunan dan perkotaan masa lalu tampaknya bukan sekadar membuka dunia dalam kenangan, tetapi juga menghidupi waktu yang dipinjamkan oleh masa lalu tersebut. Betapa tidak, tiada satu pun rekaman gambar foto yang dibuat oleh studio Woodbury & Page dan dilengkapi oleh Jacobus Anthonie Meessen dan Netherlands Indies Topographic Bureau ini, yang disajikan oleh Scott Merrillees dalam bentuk buku 282 halaman, dibiarkan tanpa catatan sejarah yang deskriptif, akurat, cermat, dan apresiatif. Dengan gagasan mesin waktu, Merrillees melihat medium fotografi sebagai cara mengembalikan zaman yang telah lalu ke dalam kesekarangan.

Kekuatan penyajian yang terpumpun dalam rekaman artifak bangunan dan kehidupan Batavia abad ke-19 suntingan Merrillees ini adalah kejelian memilih sasarannya secara arsitektural. Kita seolah diajak dan dimanjakan oleh pemotretnya untuk menikmati sudut-sudut pandang dan kehidupan yang paling mengesankan bagi pengalaman rasa, pengalaman apresiatif, dengan mata yang tidak dirasuki oleh prasangka. Pemotretnya punya mata hati yang kuat untuk membaca keunikan sosok beserta detailnya, sehingga setiap gambar memberikan waktu pinjaman bagi kita tentang pengalaman yang tak ternilai bagi sejarah perkotaan Jakarta, yang sebelum 17 Agustus 1945 disebut Batavia.

Batavia in Nineteenth Century Photographs-demikian judul buku tersebut di atas-dibuka dengan sejarah Batavia pada abad ke-19. Banyak orang menyebut abad tersebut sebagai masa keemasan kota kolonial Hindia Belanda yang dikukuhkan oleh Jan Pieterszoon Coen pada 1619 melalui pembangunan benteng VOC. Benteng kota Oude Batavia inilah yang menjadi wilayah inti dari apa yang kemudian dikenal sebagai benedenstad atau downtown alias kota lama Jakarta.

Panorama pertama Laut Jawa dibuka di Sundakelapa. Bangunan-bangunan di kota lama pada abad ke-19 tampak dalam koleksi Woodbury & Page sebagai bandar yang dihidupi oleh perdagangan gula dan kopi tanah Jawa. Mercu suar, gerbang cukai (Groote Boom), gedung pabean (Kleine Boom), penginapan kota (Stads Herberg), pergudangan Cullemborg, dan bengkel perbaikan kapal-kapal sejak VOC di sekitar Sundakelapa terdokumentasi lengkap, sehingga Sundakelapa dapat disaksikan sebagai ujung tombak institusi bandar internasional penting pada waktu itu (1840-1890). Keunikan jembatan-jembatan Pasar Ikan yang dikenal sebagai Vierkantsburg dan Scheidburg mengingatkan orang akan struktur serupa di kanal-kanal…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

Pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…