KISAH KOPASSUS MENEBALKAN PUNDI

Edisi: 07/31 / Tanggal : 2002-04-21 / Halaman : 28 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Taufiqurohman, M. , ,

KETERLIBATAN Kopassus dan militer dalam bisnis punya akar sejarah yang panjang. Pada 1958, ketika proyek nasionalisasi dimulai, banyak anggota militer ditugasi memimpin perusahaan asing yang diambil alih. Kegiatan bisnis ini terus berlanjut. Salah satu puncaknya terjadi pada 1972, ketika Presiden Soeharto memberikan izin kepada Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat untuk memasuki ajang bisnis. Alasan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan prajurit. Sejak saat itu, hampir tiap angkatan punya kegiatan usaha, dengan nama koperasi atau yang lain.

Yayasan Kesejahteraan Korps Baret Merah—disingkat Kobame—adalah motor penggerak bisnis pasukan elite itu. Didirikan pada 1993, nama ini banyak dibicarakan sekitar Desember 1995, ketika Prabowo Subianto—waktu itu masih menantu Soeharto—diangkat menjadi Komandan Kopassus. Di tangan Bowo, begitu bos Kopassus itu biasa dipanggil, bisnis Kobame berkembang subur. Ketika Prabowo pindah dari Kopassus ke Kostrad—ia naik menjadi Panglima Kostrad dan menyandang pangkat letnan jenderal—Kobame masih mencorong.

Sejumlah investasi besar dirancang. Langkah pertama adalah membangun gedung pusat perbelanjaan yang dinamai Graha Cijantung di atas tanah 1,6 hektare milik Kodam Jaya di Cijantung. Untuk itu, Kobame berpatungan dengan Ktut Abdurachman Masagung, dan melahirkan Kobame Propertindo, dengan saham masing-masing 50 persen. Perusahaan patungan ini memperoleh pinjaman Rp 45 miliar dari BRI dan Bank Pelita milik Hashim Djojohadikusumo, adik kandung Prabowo. Pembangunan Graha Cijantung…

Keywords: -

---

Foto Terkait