Country of Origin Penulis: E. Du Perron Penerbit: Periplus, 1999

Edisi: 14/29 / Tanggal : 2000-06-11 / Halaman : 64 / Rubrik : IQR / Penulis : , ,


CATATAN HARIAN DU PERRON

DI sebuah restoran di bilangan Paris, Prancis, pada 1933, sepasang sahabat bernama Guraev dan Ducroo memesan menu rijsttafel. "Saya rasa makanan pedas ini berbahaya," kata Guraev, keturunan Rusia. Ia hanya mencomot kerupuk. Ducroo mendebatnya, lalu menjelaskan sejarah rempah-rempah Ambon. Itulah awal novel Du Perron berjudul Het land van herkomst, yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris: Country of Origin. Ducroo adalah personifikasi Du Perron. Novel ini berbentuk sebuah catatan harian mulai Januari 1933 sampai Februari 1934. Seperti dikatakan Subagio Sastrowardoyo, novel ini gambaran pergulatan intelektual Du Perron sendiri.

Membaca novel ini ibarat mengikuti sebuah memoar yang meloncat-loncat. Narasi Du Perron bukan suatu alur lurus yang meniti sampai klimaks karena ia menulis dengan adegan fragmen kenangan yang berulang-alik antara kehidupan di Hindia dan Prancis. Pada bagian awal, ia melacak silsilah keluarganya. Nama Ducroo diambilnya dari Du Crault, bangsawan yang menurunkan Jean Roch, pelaut yang pada 1775 datang ke Batavia-dan kemudian menjadi asal-usul Du Perron. Dari Archives de la noblesse France, ternyata Perron menemukan bahwa Du Crault adalah bangsawan yang bersahabat dengan D'Artagnan, salah seorang jago pedang dari tiga serangkai dalam cerita Alexander Dumas, yang dikaguminya. Perron menelusuri kegiatan kakeknya di Jawa. Ia mengakui sang kakek adalah komandan batalyon di Magelang yang ikut melawan Diponegoro.

Saat Perron menggambarkan kehidupannya di rumah Gedong Lami di Jatinegara, ia menampilkan deskripsi yang basah tentang suasana Kampungmelayu saat itu. Ternyata lagu "Burung kakaktua menclok di jendela..." itu sudah ada sejak zaman Du Perron kecil, pada 1920-an. Kebiasaan Perron ngluyur di Gang Bungur, kampung Cina, yang kotor, padat, dan meruapkan bau dupa dan makanan itu menambah sebuah gambaran yang sangat kaya.

Perron juga mengakui, erotismenya di kala kanak-kanak akan tersulut saat sang pembantunya yang berbuah dada besar menceritakan kelong wewe, sebuah kisah tentang roh perempuan halus dengan buah dada besar yang suka menculik anak kecil.

Bagian paling berat adalah kenangannya tentang dialognya dengan lingkaran intelektual Prancis. Selain bersahabat dengan Andre Malraux, Perron berkarib dengan Pascal Pia-mentor sastrawan Albert Camus. Pia adalah editor Alger Republican dan koran bawah tanah Combat-sebuah koran tempat Camus sering menulis. Dalam novel ini, Pia menjelma menjadi sebuah tokoh rekaan bernama Viala. Dan tentu saja bagian ini penuh dengan perbincangan filsafat, termasuk pemikiran Nietzsche.

Bagian akhir novel ini menceritakan sebuah demonstrasi oleh sekitar 7.000 orang kiri di Place de la Republique, Prancis, Februari 1934. Du Perron ikut terlibat dalam demonstrasi yang melibatkan bentrokan dengan polisi itu. Mereka melempari polisi dengan batu. Tembakan polisi membabi-buta. Enam orang komunis tewas. Viala, yang berada di barisan depan, selamat. Semua pihak mengangkat topi akan keberanian aktivis Marxis ini. Keesokannya, ribuan massa kiri mengadakan pawai bendera merah. Entah kenapa tiba-tiba Du Perron merasa jengah.

Du Perron adalah orang yang simpati pada gerakan kiri. Tapi ia tidak mau bergabung. Ia tidak mau menjadi hero modern. "Mengapa saya tidak mau bergabung ke salah satu partai? Saya menolak kompromi. Itu mematikan," katanya di akhir novel. Ia peka terhadap politik tapi tidak mau hidup di bawah subordinasi politik tertentu. Namun, pilihannya ini acap membuatnya gelisah. Seperti dikatakan Subagio Sastrowardoyo, sesungguhnya dalam buku ini Perron merasa bagai seorang cendekia yang hina-dina yang hanya sanggup menonton dan mengontemplasikan ketidakadilan dari luar. Dia memang tak terlibat langsung dalam politik praktis. Juga terhadap ketidakadilan di Hindia Belanda.

***

The Islands
Judul asli: De Eilanden
Penulis: Albert Alberts
Penerbit: Periplus Editions (HK) Ltd., 1999

KETIKA SANG PENAKLUK BERCERITA

APA yang dipikirkan seseorang ketika ia menjejakkan kaki di atas pulau yang mesti…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

Pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…