Sang Begawan Bersabda

Edisi: 10/29 / Tanggal : 2000-05-14 / Halaman : 41 / Rubrik : IQR / Penulis : Manggut, Wenseslaus, Suyono, Seno Joko , Bektiati, Bina


SEORANG begawan akan bersabda pada saat-saat istimewa. Paling tidak, demikianlah para begawan yang kita kenal dalam dunia Mahabharata. Sumitro Djojohadikusumo, meski sesungguhnya dia bukan satu-satunya ekonom senior Indonesia-tetapi satu-satunya yang dijuluki "begawan ekonomi"-akhirnya setuju untuk membuka diri dalam sebuah buku biografi.

Sumitro memang tidak pernah berniat menulis autobiografi. Menurut Sumitro, dalam sebuah autobiografi, seseorang cenderung merasa penting dan berjasa daripada apa yang dilakukan dalam kenyataan. "Saya tidak mau melakukan itu. Saya kan dianggap orang yang kontroversial," tutur Sumitro kepada TEMPO.

Ketika Aristides Katoppo, yang sudah dikenal Sumitro sejak 1967, menawarkan untuk menulis biografi, Sumitro setuju. "Sebab, dalam biografi, kita tidak bisa memilih, dan saya tidak mempengaruhi penulisan tersebut," tutur Sumitro. Maka, jadilah buku Jejak Perlawanan Begawan Pejuang. Lazimnya sebuah biografi, kisah Sumitro dikisahkan sejak ia lahir, menjadi mahasiswa di Rotterdam, bergabung dengan gerakan bawah tanah di Eropa, "melawan" Sukarno, hingga jejaknya sebagai "begawan" ekonomi Indonesia dan sebagai besan bekas presiden Soeharto. Berikut adalah nukilannya:

Mukjizat Kelahiran dan Beban Wasiat
Halaman 1-4

Keluarga Raden Mas Margono Djojohadikusumo, walaupun termasuk golongan ningrat, tidak merasa senang dengan tindakan Belanda menjajah Indonesia. Sikap ini tentu tak mengherankan sebab dalam tubuh Margono mengalir darah kepahlawanan dari nenek moyangnya yang dikenal gagah berani dalam usahanya mengusir penjajah dari bumi Ibu Pertiwi, yakni Pangeran Diponegoro.

Isteri Margono, Siti Katoemi Wirodihardjo, juga tak akan pernah lupa wasiat nenek moyangnya, yaitu Raden Tumenggung Wiroreno. Tumenggung Wiroreno, yang kebetulan merupakan salah satu pengikut Pangeran Diponegoro. Tumenggung Wiroreno, yang hidup sekitar seabad sebelumnya, meninggalkan pesan wasiat kepada para anggota keluarganya agar jangan sekali-kali mengadakan kerjasama dengan pihak Belanda. Andai pesan ini dilanggar, anggota keluarga yang melanggar itu dilarang berziarah ke kuburan Tumenggung Wiroreno, disamping mesti siap menerima jatuhnya "kutukan": tak akan selamat dalam menjalani kehidupan dunia.

"Aku akan mengutuk kalian!" tegas Tumenggung Wiroreno. Pesan ini niscaya akan terus terngiang kendati Siti Katoemi tidak mendengar langsung bagaimana kutukan itu diucapkan, kecuali dari penuturan ayah bundanya.

Itulah sebabnya mengapa Margono was-was juga tatkala ia kelak justru "bekerja sama" dengan pihak Belanda, termasuk saat mengirim salah satu putranya, yakni Sumitro Djojohadikusumo, ke Rotterdam untuk menimba ilmu. Kendati dalam benak Margono, "kerjasama" itu merupakan bagian dari strategi menaklukkan dan mengusir kolonial dari Bumi Pertiwi, namun bukankah itu telah melanggar wasiat Tumenggung Wiroreno?...

...Namun, dalam waktu-waktu Margono berziarah ke makam kakek isterinya yang letaknya tidak terlalu berjauhan dengan kuburan Wiroreno, yakni dalam wilayah pegunungan yang sama, Margono tetap tidak berani melanggar wasiat Wiroreno. Ziarah ke makam Wiroreno baru dilakukan kelak ketika Indonesia telah merdeka.

Margono berusia 21 tahun saat menikahi Siti Katoemi Wirodihardjo, gadis berusia 14 tahun di Purworedjo. Margono yang bertugas sebagai pejabat tinggi di Kantor Dinas Perkreditan Rakyat, Kebumen, merasa semakin berbahagia ketika Tuhan menganugerahi mereka anak pertama, yang lahir pada tanggal 29 Mei 1917, pukul 02.00 dinihari.

Anak itu diberi nama Sumitro.

Memuaskan Nurani
Halaman 206-208

Sepanjang Tahun 1957, koran-koran komunis dan pers nasional seperti Harian Rakyat dan Bintang Timur seakan tak bosan-bosannya melansir pemberitaan buruk tentang Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Yang bersangkutan dituduh melakukan korupsi besar-besaran. Sejumlah surat kabar melengkapi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

Pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…