Pramoedya Ananta Toer: "Saya Ingin Irasionalitas Kita Dihentikan"

Edisi: 49/28 / Tanggal : 2000-02-13 / Halaman : 47 / Rubrik : IQR / Penulis : , ,


PULAU Buru tidak membunuh seorang Pramoedya Ananta Toer. Tepat awal pekan ini, Pram telah mencapai usianya yang ke-75 tahun. Dan dia tetap dikenal sebagai salah satu penulis yang paling produktif, terutama semasa menjadi tahanan di Pulau Buru (1965-1979), meski mesin ketik yang dikirim Jenderal Soemitro dan buku filsafat Paul Sartre yang dipesannya tak kunjung tiba ke tangannya. Dengan situasi tertekan, Pram masih berhasil merajut kata melalui sebuah mesin ketik rongsokannya. Salah satu hasilnya yang sudah bisa dinikmati pembaca Indonesia bulan ini adalah novel roman sejarah Arok Dedes, yang diterbitkan PT Hasta Mitra. Inilah kisah intrik politik kerajaan, yang dibumbui percintaan yang seru, kisah runtuhnya kekuasaan Tunggul Ametung penguasa Tumapel melalui kudeta Ken Arok, yang kemudian mengawini istri sang Akuwu, Ken Dedes yang jelita itu.

Tentu saja ini bukan kali pertama Pram menulis novel berdasarkan sosok sejarah. Sebelumnya ia sudah pernah menulis Panggil Aku Kartini, yang juga menampilkan sosok Kartini dari mata dan imajinasi Pramoedya sebagai novelis.

Salah satu hal yang membuat buku ini menarik-terlepas dari kecenderungan Pram untuk berpanjang-panjang tanpa upaya menyunting diri sendiri-adalah bagaimana ia mampu membuka cakrawala pembaca pada sebuah era saat para penganut Hindu dan Buddha tarik-menarik kekuatan. Dengan cukup fasih dan riset yang tampak dalam-meski Pram mengaku hanya menulis dari pemikirannya-Pram mencoba menampilkan sosok-sosok pada zamannya. Penjiwaan akan Hindhu dan Buddha yang tertulis dalam Arok Dedes memperlihatkan bagaimana Pram mempelajari ritual dan bahasa yang digunakan dalam agama itu untuk zaman itu. Maklum, selama menjadi tahanan, menurut Pram, "Kami hanya boleh membaca buku agama." Padahal, sebagaimana pengakuannya pada masa lalu, Pram adalah satu dari mereka yang masih mencari dan bergulat dengan persoalan eksistensi Tuhan, tetapi itu tak berarti dia tak mengindahkan esensi agama yang ada dan itu tak berarti dia tak mampu menggali pengetahuan agama melalui buku-buku yang dibacanya.

Hal lain yang menarik, seperti yang diakuinya, bagi Pram, Arok Dedes adalah salah satu upaya koreksi sejarah. Jauh sebelum Pram dicemplungkan di dalam pulau yang terpencil itu, Pram mengaku agak terganggu dengan kecenderungan irasionalitas Jawa, yang membuat dia gatal melakukan koreksi sejarah.

Dan hal terakhir yang menarik, seperti biasa,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

Pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…