Husein Bin Ali Al-habsyi: "islam Fundamentalis Itu Barang Elastis"

Edisi: 05/28 / Tanggal : 1999-04-12 / Halaman : 32 / Rubrik : WAW / Penulis : Hakim, Jalil


Habib Husein_begitu ia biasa dipanggil_jadi terasa penting karena menjadi semacam bagian dari situasi Indonesia yang membingungkan pada periode 1980-an, ketika isu Kristenisasi dan peminggiran Islam sedang kencang-kencangnya bertiup. Tuduhan yang dialamatkan kepadanya pun tidak main-main, antara lain dalang peristiwa pengeboman Candi Borobudur, 15 Januari 1986. Pengeboman itu, masih versi pemerintah, terkait dengan kasus meledaknya bom di bus Pemudi Express di Banyuwangi serta Gereja Sasana Budaya Katolik Magelang. Dalam pengadilan yang menarik perhatian masyarakat waktu itu, jaksa menuduh bahwa rentetan pengeboman itu merupakan aksi balas dendam terhadap peristiwa Tanjungpriok pada 1983.

Tuduhan itu ditolaknya. "Mana mungkin orang buta bisa membedakan jenang dodol dengan bom?" kata Husein.

Toh, Husein diganjar hukuman penjara seumur hidup. Ia mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I, Lowokwaru, Malang, Jawa Timur_sampai kemudian pemerintahan Habibie memberinya grasi, sehingga ia bisa menghirup udara bebas bersama narapidana politik lain, 23 Maret silam.

Siapakah sesungguhnya Habib Husein? Husein adalah anak sulung dari sembilan bersaudara keluarga Ali bin Alwi Al-Habsyi, yang lahir di Ambon, 28 Januari 1953. Ayahnya bekas perwira intel Angkatan Darat, dosen di Universitas Pattimura, Ambon, dan lulusan sebuah universitas di Bagdad, Irak, yang menguasai tujuh bahasa. Tak aneh bila sang ayah pernah menjadi penerjemah Presiden Soekarno ketika berkunjung ke Cekoslovakia.

Husein tunanetra sejak masih berumur 29 hari gara-gara seorang perawat salah meneteskan obat ke matanya yang sakit. Pendidikannya cukup unik. Ia, misalnya, menikmati bangku sekolah dasar hingga menengah di Sekolah Kristen Urimesseng di kota kelahirannya. Tak aneh bila dia hafal Alkitab luar kepala. Dalam perayaan-perayaan Natal di sekolahnya, Husein acap dilibatkan sebagai salah satu pelakon fragmen tentang kelahiran Yesus Kristus. "Karena saya buta, tongkat yang saya bawa suka nyasar ke mana-mana," ujarnya sambil tertawa mengenang masa kecilnya.

Selepas SMA, ia dikirimkan oleh ayahnya ke Bandung untuk bersekolah musik di Yayasan Sekolah Musik Indonesia (Yasmi), tempat yang membuatnya mahir bermain piano dan memainkan karya-karya ciptaan Beethoven kesukaannya. Husein mulai tertarik mendalami agama setelah menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul Hadist di Malang, Jawa Timur, yang diasuh oleh Ustad Abdullah Bil Faqih. Di situ, ia menjadi murid yang cemerlang dan berhasil meraih tiket beasiswa untuk belajar ke Universitas Riyadh, Arab Saudi. Tapi tekadnya untuk menjadi mubalig, terutama sekali, baru mantap setelah ia mendengarkan ceramah mubalig kondang Ustad Husein bin Abubakar Ali Habsyi, pengasuh Pesantren Yapsi Bondowoso, Jawa Timur.

Husein kemudian memang menjadi mubalig kondang dengan ribuan umat. Ceramah-ceramahnya keras, tajam, dan sarat kritik terhadap penyimpangan akidah Islam yang dilakukan pemerintah, sehingga memikat banyak orang, sekaligus memerahkan telinga orang yang kena sentil. Ketika Jalil Hakim dan Munib Rofiqi dari TEMPO berkunjung ke rumahnya di Malang, pekan lalu, ia sedang sibuk menerima tamu yang ingin mengucapkan selamat atas pembebasannya. Sesekali wawancara terpaksa berhenti karena ia harus menyalami tamu-tamu yang datang dari pelbagai daerah. Berikut ini petikannya.

Bagaimana awal mula ceritanya hingga Anda berurusan dengan pengadilan subversi?

Sebenarnya saya tak tahu-menahu. Yang saya lakukan sehari-hari adalah mengadakan pengajian di rumah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…