Pada Sebuah Hutan

Edisi: 25/34 / Tanggal : 2005-08-21 / Halaman : 150 / Rubrik : NAS / Penulis : Rulianto, Agung, Suud, Yuswardi A.,


HAI, bek karu dilee, na berita tentang geutanyoe—hai, jangan ribut dulu, ada berita tentang kita,” pria itu berseru setengah menjerit. Tujuh temannya terdiam. Di layar televisi, juru bicara Presiden RI, Andi Mallarangeng, bersilang kata dengan Effendi Choirie dari parlemen. Kamis malam pekan lalu keduanya berbicara tentang Aceh menjelang perdamaian 15 Agustus 2005.

Kafrawi, pria itu, menarik buku catatan kecil dan pulpen dari tas hitam kecil. Penanya lincah mencatat butir-butir penting perundingan damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah Indonesia yang terpampang di televisi. Kafrawi adalah juru bicara GAM wilayah Peurelak, Aceh Timur. Sebagai pejabat penting, dia patut mengikuti perkembangan upaya damai. Sesekali Kafrawi geram sembari tersenyum sinis. ”Mereka orang pintar, tapi tak paham sejarah Aceh,” katanya.

Televisi berpindah saluran. Sebuah film aksi menampilkan adegan tembak-menembak. Seorang anggota GAM yang sejak tadi menggendong senapan laras panjang AK-47 berkomentar. ”Mereka perangnya beneran, tapi matinya pura-pura. Di sini, perangnya pura-pura, matinya betulan,” katanya. Yang lain melepas tawa berderai.

Malam itu Tempo menginap di hutan Peurelak, memenuhi undangan gerilyawan GAM. Sebuah hutan perawan yang tak jelas betul posisinya—untuk ke sana Tempo ditutup mata. ”Pos persinggahan kami satu kilometer dari sini, di atas bukit,” kata…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?