Hashim Djojohadikusumo: Sudah Lama Harta Keraton Dijual ke Luar Negeri

Edisi: 49/36 / Tanggal : 2008-02-03 / Halaman : 48 / Rubrik : WAW / Penulis : Nugroho Dewanto, Dimas Adityo,


SEBAGAI pengusaha, sudah agak lama nama Hashim Djojohadikusumo tak terdengar di pentas bisnis nasional. Maklum, 10 tahun terakhir ini putra almarhum ekonom Sumitro Djojohadikusumo itu sibuk menekuni bisnis di luar negeri. Setelah menjual ladang minyak di Kazakhstan, dia masih memiliki sumur emas hitam di Azerbaijan dan Amerika Serikat. Sesekali saja ia pulang ke Tanah Air menengok ibunya, Dora Sigar Djojohadikusumo yang terbaring sakit.

Belakangan namanya kembali melambung justru gara-gara arca. Hashim dituding menjadi ”penadah” arca curian. Ihwalnya lantaran arca-arca Agastya, Siwa Mahadewa, Mahakala, dan Durga Mahesa Suramadini yang hilang dari Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah, ditemukan di rumahnya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Semua sengkarut itu tak lepas dari kegemaran Hashim mengoleksi benda-benda bersejarah peninggalan nenek moyang. Lantaran kegemaran itu pula ia menerima permintaan pemerintah untuk membantu mengembalikan Prasasti Sangguran yang dikenal sebagai Batu Minto ke Tanah Air.

Kamis pekan lalu di sebuah ruangan di Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, Hashim tampil bersama Direktur Jenderal Sejarah Purbakala Hari Untoro Drajat menjelaskan langkah-langkah untuk mengembalikan prasasti tersebut. Prasasti tahun 928 itu berasal dari Malang, Jawa Timur, dan dipersembahkan Raffles kepada atasannya, Gubernur Jenderal Lord Minto, sebagai upeti pada 1814.

Konon, prasasti itu membawa kutukan. Ahli waris Lord Minto sendiri kerap mengalami kecelakaan, bencana, dan yang paling nyata: kemakmuran keluarga makin menyusut sejak kedatangan batu seberat 3,8 ton itu. Apakah Hashim tak khawatir mala itu mendatanginya? ”Saya tidak percaya hal-hal seperti itu. Lagi pula, saya akan cepat-cepat serahkan prasasti itu ke Museum Nasional ha-ha-ha,” ujarnya.

Setelah acara di Departemen Pendidikan Nasional, Hashim menerima Nugroho Dewanto dan Dimas Adityo dari Tempo di kantornya di lantai 6 Mid Plaza, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, untuk wawancara khusus. Berikut petikannya.

Bagaimana perkembangan terakhir kasus arca Radya Pustaka?

Saya masih akan diperiksa sebagai saksi.

Anda berkukuh Hugo Kreijger memperoleh arca-arca itu secara sah dari Paku Buwono XIII Hangabehi?

Iya, Hugo juga punya buku kenang-kenangan dari Hangabehi.

Mengapa belakangan Hangabehi membantah?

Anda harus tanya sama beliau. Saya juga heran kenapa dibantah. Masyarakat Jawa sudah lama tahu kok.

Mungkin beliau takut?

Apakah beliau bisa disalahkan? Beliau kan tidak dapat tunjangan dari pemerintah. Mereka dapat penghasilan dari mana? Ini obyektif saja. Kalau kita lihat di Eropa, India, dan tempat-tempat lain, keluarga bangsawan yang sudah tak punya uang terpaksa menjual hartanya: lukisan, mebel, rumah, bahkan kastil. Mengapa tidak? Itu penghasilan yang halal, dan mereka harus menunjang hidup para abdi dalem. Itu sebuah dilema.

Kabarnya sudah lama keluarga Keraton Solo menjuali benda-benda peninggalan yang bersejarah?…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…