Sri Mulyani Indrawati: Ditampar Dulu Biar Sadar

Edisi: 35/37 / Tanggal : 2008-10-26 / Halaman : 125 / Rubrik : WAW / Penulis : Arif A. Kuswardono, Padjar Iswara, Grace S. Gandhi


MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi orang paling sibuk dalam pekan-pekan ini. Krisis ekonomi Amerika, yang memicu krisis global, berputar menikung sampai ke Indonesia. Bursa Jakarta jatuh ke level terburuk dalam tiga tahun terakhir, sehingga sempat ditutup. Padahal, pada krisis ekonomi 1998, bursa tak pernah tutup. Perdagangan saham memang telah dibuka kembali pada Senin pekan lalu. Sebelumnya, pemerintah sudah menerbitkan sejumlah aturan pengaman bursa dan menyiapkan dana talangan untuk membeli saham badan usaha milik negara. Aksi ambil untung sepihak akan dikenai hukuman. Para pemain yang sengaja mendorong jatuhnya harga saham sedang diselidiki Kejaksaan Agung. Di tengah situasi ekonomi yang genting, sebuah kabar duka melayang dari Semarang: Prof Dr Retno Sri Ningsih Satmoko tutup usia. Sri Mulyani hanya punya waktu beberapa jam untuk melayat ibundanya tercinta itu, sebelum kembali tenggelam dalam rapat maraton dengan sejumlah menteri dan pelaku bisnis di Jakarta. Kamis pekan lalu, pelaksana tugas Menteri Koordinator Perekonomian berusia 46 tahun itu menerima Arif A. Kuswardono, Padjar Iswara, Grace S. Gandhi, dan Cornila Desyana dari Tempo. Di salah satu ruang di kantornya di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, ia membeberkan sejumlah langkah pemerintah untuk membuat pasar modal kembali teratur dan sektor riil tetap berdenyut. Apakah tak ada peringatan dari masyarakat internasional kepada pemerintah Amerika terhadap bahayanya kredit macet properti? Menurut sesama menteri keuangan di ASEAN, G-20, dan APEC, ada anggapan Amerika underestimate. Kita sudah beberapa kali mengekspresikan keprihatinan mengenai soal subprime ke Washington dan Bank Dunia. Kita menganggap Amerika bersama bank sentral dan menteri keuangannya secara mencolok tidak bisa melihat arah perkembangan masalah dari satu kasus bank atau asuransi bangkrut ke bangkrutnya sistem. Kejadian di Amerika sekarang persis dengan krisis yang terjadi di Indonesia pada 1998? Persis kasus 1998, ketika kita mengumumkan penutupan 30 bank. Penutupan itu kemudian menciptakan persepsi bahwa semua bank tidak aman. Seluruh sistem menjadi dihukum. Kalau pemerintah Amerika membiarkan Lehman bangkrut, padahal dia termasuk empat besar perusahaan investasi rumah, artinya tidak satu pun yang dijamin aman. Ini jadi psikologi sosial: seluruh sistem tidak dipercaya. Isu tidak bisa dilokalisasi karena penanganan komunikasi politiknya tidak serius. Ada pula anggapan itu hanya masalah orang-orang kaya di Wall Street. Padahal, pekerja biasa saja tidak bisa…

Keywords: Wawancara Sri Mulyani
Rp. 15.000

Foto Terkait


Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…