DARI PERKARA PRIOK DAN BOM BCA

Edisi: 47/14 / Tanggal : 1985-01-19 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :


SECARA berturut-turut, sejak awal pekan lalu, disidangkan perkara mereka yang dituduh terlibat dalam peristiwa Tanjung Priok 12 September dan peledakan kantor BCA 4 Oktober.

Sejumlah tokoh terkenal akan duduk scbagai terdakwa atau saksi. Antara lain Abdul Qadir Djaelani, Tony Ardie, A.M. Fatwa, H.M. Sanusi, dan H.R. Dharsono. Mungkin karena itu jumlah pengunjung cukup banyak. Banyak yang terpaksa mengikuti jalannya sidang di pelataran pengadilan. Penjagaan yang ketat, tapi rapi, sejauh ini membuat sidang berjalan cukup lancar. Hingga Senin pekan ini telah disidangkan antara lain: Rachmat Basoeki, Sanusi, Eddy Ramli, Hasnul Arifin, Yunus, dan Khaerul Syah. Semua persidangan diharapkan selesai April mendatang.

Para terdakwa dibagi dalam tiga kelompok. Mereka yang melakukan tindak pidana perusakan yang direncanakan dan terlibat dalam penyerbuan ke Polres dan Kodim Jakarta Utara pada 12 September malam termasuk kelompok pertama. Mereka akan dituntut dengan KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana).

Yang dimasukkan dalam kelompok kedua adalah mereka yang dituduh menggerakkan massa untuk menyerbu kantor Polres dan Kodim Jakarta Utara. Mereka akan dituntut dengan UU No. II/PNPS/1963. Yang juga akan dituntut dengan undang-undang antisubversi ini adalah kelompok ketiga: mereka yang dlanggap menglpas-nglpas, yang membuat massa melakukan kegiatan."Tanpa kegiatan awal ini tidak akan terjadi peristiwa Tanjung Priok," kata seorang pejabat. Termasuk kategori ini, antara lain, adalah tertuduh Mawardi Nur, Tony Ardie, Abdul Qadir Djaelani, dan A.M. Fatwa.

Walau semua tersangka belum tertangkap (seperti Syarifin Maloko dan M. Nasir), yang berwajib rupanya telah mengambil kesimpulan. "Kedua peristiwa itu, kerusuhan Tanjung Priok dan peledakan BCA, tidak berdiri sendiri-sendiri," kata seorang pejabat yang mengetahui.

Dengan kata lain, "Kedua peristiwa itu berkaitan," katanya. Tapi seberapa jauh kaitannya? Mengapa peristiwa Tanjung Priok sampai meledak? Apakah benar ada "komplotan" yang merencanakannya? Apa pula sasarannya?

Menurut sumber resmi, sejak 1983, suasana Tanjung Priok sebenarnya sudah mulai menghangat, terutama pada ceramah dan pengajian di beberapa masjid. Isu yang paling sering diangkat adalah asas tunggal Pancasila. Ada juga beberapa isu lain: "kristenisasi", kesenjangan kaya miskin, dominasi ekonomi Cina, penggusuran, izin untuk dakwah, dan keluarga berencana.

Banyak penceramah yang secara keras mencaci maki kebijaksanaan pemerintah. Penceramah yang banyak pendengarnya antara lain Abdul Qadir Djaelani, Salim Kadar, Syarifin Maloko, dan M. Nasir. Sedangkan salah satu masjid yang dikenal "keras" adalah masjid PTDI di Jalan Tawes.

PTDI (Perguruan Tinggi Dakwah Islam) di Tanjung Priok rupanya tidak punya hubungan dengan PTDI (Pendidikan Tinggi Dakwah Islam) yang didirikan dan dipimpin sejumlah purnawirawan ABRI, seperti Letjen Soedirman.

PTDI (perguruan) yang dipimpin…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?