Keteledoran di Tanggul Kolonial

Edisi: 07/38 / Tanggal : 2009-04-12 / Halaman : 40 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Adek Media, Dwidjo U. Maksum, Amandra Megarani


SALINAN surat itu masih tersimpan rapi di kantor Lurah Cireundeu, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Sambil mengecek waktu pengiriman dokumen itu di buku catatan keluar-masuk surat, sekretaris kelurahan Suharto Mardjuki menjelaskan bahwa surat yang ditujukan ke Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang itu berisi laporan kerusakan dan permohonan perbaikan pintu air utama Situ Gintung. ”Surat itu saya titipkan kepada petugas pengairan situ,” kata Suharto, Jumat pekan lalu.

Surat tertanggal 23 Februari 2007 itu dibuat tiga pekan setelah banjir melanda sebagian besar Jakarta. Banjir memang tidak merendam Cireundeu, tapi hujan deras yang mengguyur daerah yang berada di barat daya Jakarta itu membuat luber Situ Gintung. ”Air yang melimpah membuat bagian bawah pintu pembuangan longsor, dan membanjiri rumah penduduk,” kata Mulyadi, warga yang tinggal di muka tanggul. Warga lalu meminta kelurahan melaporkan kerusakan itu.

Bulan dan tahun berganti. Tak ada respons atas surat tersebut. ”Sampai sekarang tak ada jawaban,” kata Suharto. Mulyadi, yang rumahnya cuma berjarak lima meter dari pintu air, tak pernah melihat ada perbaikan tanggul. Ia ingat pernah ada beberapa orang berseragam memotret kolam kontrol di bawah pintu air. ”Mereka meminta warga supaya tenang, dan kerusakan akan diperbaiki,” kata Mulyadi. Tapi nihil. Seiring dengan berjalannya waktu, bagian bawah tanggul yang jebol cuma menyisakan rembesan air.

Ketika warga ”lupa” ihwal kerusakan dasar pintu air, petaka itu datang. Menjelang tengah malam, Kamis dua pekan lalu, air limpasan dari pintu air menggerus dasar tanggul. Saat azan subuh berkumandang, pintu air ambrol. Sekitar dua juta meter kubik air berjejalan memberondong permukiman padat di bawah situ. Hingga akhir pekan lalu, seratus jiwa melayang tersapu arus. Tujuh puluh orang dilaporkan hilang. Permukiman padat di bawah tanggul berubah menjadi puing bangunan.

Siang setelah kejadian, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menuding hujan sebagai biang keladi petaka itu. Ia menyatakan pintu air jebol karena luapan air melampaui pintu pelimpasan sehingga air melebar ke atas tanggul dan merobohkan bendungan. ”Karena air sudah melimpah dan tak tertampung di saluran, jadi menggerus sisi yang lain dan menjebolkan situ,” katanya. Djoko menampik adanya kerusakan pada tanggul yang dibangun pemerintah kolonial Belanda tujuh dekade silam itu.

Versi lain penyebab jebolnya situ dikemukakan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Edi Prasetyo Utomo. Menurut…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…