Jika Ikal Mengejar Mimpi

Edisi: 21/38 / Tanggal : 2009-07-19 / Halaman : 67 / Rubrik : FL / Penulis : Leila S. Chudori , ,


Lidah matahari Belitung menjulur-julur, menjilat tubuh semua kru dan pemain film Sang Pemimpi. Inilah lanjutan film Laskar Pelangi, yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata. Temperatur di kawasan Manggar pada Juli mencapai 31 derajat. Tetapi udara panas dan peluh yang membasahi tubuh itu malah membuat sutradara Riri Riza semakin bersemangat mengarahkan dua orang pemainnya di lokasi syuting di SMA Negeri Manggar, Belitung.

Kini, si kecil keriting Ikal yang dikenal pembaca dan penonton Laskar Pelangi sebagai tokoh utama sudah menanjak remaja dan dipe­rankan oleh Vikri Septiawan, 15 tahun.

”Suara…. Kamera…. Action!” seru Riri Riza

Dari luar aula, Ikal memandang sang ayah (diperankan oleh Mathias Muchus), yang hari itu duduk di bangku belakang. Dalam bahasa penuturan Andrea Hirata, yang empunya cerita: ”…Pak Mustar meng­urutkan dengan teliti seluruh ­ranking…. Dari ranking pertama sampai terakhir 160…. Semua orangtua dikumpulkan di aula dengan nomor kursi besar-besar, sesuai ranking anaknya…. Maka pembagian rapor adalah acara yang dapat membanggakan bagi sebagian orangtua sekaligus memalukan bagi sebagian lainnya.” (Sang Pemimpi, hlm. 93).

Ayah Ikal, mengenakan safari berkantong empat (yang hanya dikenakan untuk menerima rapor Ikal yang lazimnya selalu menjadi ”murid garda depan”), ternyata dipanggil belakangan.

”Ahmad Haikal!” demikian Pak Mus­tar (Landung Simatupang) menyebut nama lengkap Ikal.

Ayah Ikal maju dengan langkah yang tenang. Di mata Ikal, yang memandang ayahnya dari jauh, ia melihat sebuah wajah tua yang luka. Sang bapak, meski diletakkan di kursi bernomor 75 (dan bukan kursi nomor satu atau dua), tetap saja maju dan menerima rapor dengan tabah. Dia memberi hormat pada Pak Balia (Agustinus Gusti Nugroho, yang lebih dikenal dengan nama Nugie) dan Pak Mustar. Ayah yang disebut Ikal sebagai ”ayah nomor satu di dunia yang selalu tersenyum menghadapi cobaan macam apa pun” itu justru membuat hati runtuh.

”Cut….”

Produser Mira Lesmana dan line-producer Sari Mochtan saling memandang. Bagi mereka yang biasa bekerja dengan sutradara Riri Riza, itu artinya adegan tersebut akan diulang beberapa kali. ”Riri mempunyai beberapa tingkat kepuasan,” kata Mira menjelaskan. ”Cut itu artinya dia belum puas. Pasti akan diulang. Cut-to itu artinya lumayan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Sebuah Film untuk Mutiari dan Lain-Lain
1994-04-30

Sutradara: jim sheridan. skenario: terry george, jim sheridan. aktor: daniel day-lewis, emma thomson, pete postlethwaite.…

M
Madonna, Kejujuran dan Ketelanjangan
1994-01-22

Sutradara: alek keshishian. produksi: propaganda film. resensi oleh: leila s chudori

R
Robin Hood Pelesetan
1994-01-22

Sutradara: mel brooks. skenario: mel brooks, evan chandler, david shapiro. pemain: cari elwes, richar lewis,…