Menteri Luar Negeri Retno Marsudi: Dosa Kalau Tak Menyelesaikan Masalah TKI

Edisi: 43/43 / Tanggal : 2014-12-28 / Halaman : 172 / Rubrik : WAW / Penulis : Purwani Diyah Prabandari, Qaris Tajudin,


DIA Menteri Luar Negeri perempuan pertama Indonesia. Dan, di dalam dunia yang berubah pesat ini, banyak hal yang harus dibereskan: dari buruh migran Indonesia, perundingan batas laut dengan negara tetangga, keterlibatan Indonesia di forum internasional, hingga perintah Presiden agar diplomat menjadi marketer.

Pada era Bu Menlu Retno Marsudi ini, seorang diplomat juga dituntut menguasai perdagangan-pemasaran dan tanggap melayani kebutuhan warga Indonesia di luar negeri. Apalagi jika warga negara itu seorang tenaga kerja Indonesia. Dalam suatu resepsi perkawinan belum lama ini, perhatian Retno sekonyong-konyong begitu terserap pada telepon seluler di tangannya.

Seorang buruh migran Indonesia di Sudan kabur dari rumah majikannya. Mendapat perlakuan buruk, TKI itu kabur ke Bandar Udara Khartoum. Retno cepat mengontak duta besar di sana. Dalam hitungan menit, perempuan malang itu pun bisa diselamatkan.

Rabu pekan lalu, wartawan Tempo—Purwani Diyah Prabandari dan Qaris Tajudin—serta juru foto Dian Triyuli Handoko menemui Retno di kantor Kementerian Luar Negeri di Pejambon, Jakarta Pusat.

Presiden Joko Widodo meminta para diplomat menjadi marketer. Kok, diplomat disuruh jadi salesman?

Intinya, diplomat itu harus tahu detail perkembangan ekonomi kita di negara mereka berada. Kalau ke toko yang biasa menjual barang-barang Indonesia, dia harus bertanya: barang ini kok enggak ada? Ke mana, ya? Sebagai diplomat, dia harus ingin tahu dan bertanya ke yang punya toko, "Bu, ini kecapnya kok enggak ada?" Kalau pasokannya dari Indonesia susah, dia harus bertanya kenapa susah. Kita cari importir yang memasukkan kecap tersebut di negara itu. Kita tanya kenapa kamu tidak bisa mendatangkan kecap itu. Mungkin pasokan dari Indonesia memang susah. Kita tanya eksportirnya di Indonesia, kenapa susah.

Jadi apa yang diharapkan dari seorang diplomat Indonesia?

Perwakilan kita tidak hanya mempresentasikan gejala itu dalam laporan, tapi sekaligus menyelesaikannya di perwakilan. Kalau ada yang terkait dengan pihak lain, tentunya menghubungi pihak terkait. Jadi itu penerjemahan dari yang dikatakan oleh Presiden bahwa diplomat harus menjadi penjual, marketer bagi negaranya. Ini mengubah total mindset para diplomat.

Mereka enggak terkaget-kaget?

C'est la vie. Itulah hidup. Pola kerja kita kan ditentukan dari guidelines-nya. Tapi memang perubahan mindset yang luar biasa ini membutuhkan waktu untuk bisa diserap total. Itu menuntut kita turun ke bawah. Menuntut kita untuk tahu persis masalah warga negara kita, tahu persis kenapa ekspor kita turun.

Jadi akan ada penambahan di atase perdagangan?

Tidak. Kami optimalkan yang sudah ada. Kalau ada tugas baru…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…