Jual-Beli Orang ke Malaysia

Edisi: 04/46 / Tanggal : 2017-03-26 / Halaman : 52 / Rubrik : INVT / Penulis : Tim Investigasi, ,


PRAKTEK lancung pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Malaysia masih terus terjadi. Data Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur mencatat lebih dari 2.000 orang dari daerah itu menjadi korban perdagangan orang ke Malaysia sepanjang 2015-2016. Termakan iming-iming gaji besar, sebagian dari mereka pulang membawa luka, bahkan kehilangan nyawa. Anak-anak pun diincar untuk diperdagangkan. Mereka yang berstatus legal juga tak luput dari perbudakan. InvestigasiTempodanMalaysiakinisejak September 2016 menunjukkan jaringan penjual manusia tertata dari Malaysia hingga sejumlah daerah di Indonesia. Uang miliaran rupiah diguyurkan untuk merekrut pekerja ilegal, melibatkan juga para pemalsu identitas dan petugas imigrasi. Para pemain di negeri jiran itu masih tak tersentuh hukum. Laporan ini terselenggara atas kerja samaTempo, Tempo Institute, dan Free Press Unlimited.

SEPULUH bulan kabur dari rumah, Yufrinda Selan akhirnya pulang pada 14 Juli 2016, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-19. Bukan ucapan syukur, jerit dan tangis keluarga menyambut perempuan kelahiran Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, itu. Diam-diam bekerja di Malaysia, perempuan yang tak tamat sekolah menengah atas itu kembali dalam balutan kain kafan dan peti mati putih.

Tepat pada hari ulang tahunnya, peti mati Yufrinda dibuka polisi di Rumah Sakit Umum Daerah So’e, Timor Tengah Selatan. Keluarga mengenali dia dari andeng-andeng di kakinya. Tapi mereka kaget karena jenazah penuh jahitan serta ada memar di bagian muka, tepatnya di pelipis kiri dan kanan. "Padahal katanya gantung diri di rumah majikan," ujar Metusalak Selan, ayah Yufrinda, awal Maret lalu.

Penelusuran Kepolisian Resor Kupang menemukan Yufrinda direkrut jaringan Eduard Leneng, bekas polisi berpangkat ajun inspektur satu yang mundur karena menjadi calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Kupang pada 2009, dan Diana Aman, pemilik PT Pancamanah Utama di Salatiga, Jawa Tengah, perusahaan penyalur tenaga kerja. Identitas Yufrinda dipalsukan menjadi Melinda Sapay. Eduard, Diana Aman, dan jaringannya sudah diseret ke pengadilan pada awal Maret lalu.

Eduard membantah terlibat perdagangan manusia. "Saya tak pernah berurusan dengan mereka yang merekrut Yufrinda," ucapnya. Sedangkan Diana Aman dan pengacaranya, Edwin Manurung, enggan berkomentar. "Sementarano commentdulu," kata Edwin.

Bukan hanya Yufrinda yang pulang tanpa nyawa. DataBalai Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia NTT menunjukkan, pada 2016, ada 33 TKI ilegal kembali ke provinsi itu dalam kondisi mati. Kepala Polres Kupang Ajun Komisaris Besar Adjie Indra mengatakan lebih dari 2.200 warga NTT menjadi korban perdagangan manusia pada 2015 dan 2016. Jumlah itu didapat dari keterangan saksi dan pelaku yang sudah diperiksa polisi. "Setidaknya ada tujuh jaringan penjual manusia di NTT," ucap Adjie.

Dia membenarkan belum semua jaringan terungkap. "Dilakukan secara bertahap." Menurut Adjie, jaringan perdagangan manusia di NTT didanai oleh agen di Malaysia. "Cara kerjanya sama dan melibatkan bandar besar di Malaysia."

n n n

TEMPO menelusuri jejak perdagangan manusia yang melibatkan para pelaku di Nusa Tenggara Timur, Medan, dan Malaysia sejak September 2016. Jejaring itu terlihat dari dokumen transaksi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.