BANK ASING "BAGAIMANA MEMBUAT ..."

Edisi: 13/01 / Tanggal : 1971-05-29 / Halaman : 43 / Rubrik : EB / Penulis :


BANK-BANK Asing di Indonesia sekarang rupanja sudah mulai tiba
pada tingkat menghadapi dilemma: rupiahnja sudah terlalu banjak,
sedang meluaskan kegiatan keluar Djakarta belum ada hak. Maka
apa daja? Djalan jang paling masuk akal mestinja adalah dengan
meluaskan usaha keluar ibukota. Tapi itulah djustru jang
terlarang baginja. Dan alasan dikeluarkannja peraturan itupun
tidak pula kurang masuk-akalnja: bank-bank asing terlalu kuat
modalnja, terlalu rapi organisasi dan managemennja dan karena
itu terlalu menguatirkan untuk dilepas terdjun dalam daerah
pasaran bank-bank swasta nasional jang kembang kempis dan butuh
proteksi.

; Dewasa ini barangkali ada jang sudah mulai sadar bahwa bajangan
serba sempurna tentang bank asing itu hanjalah mitos. Akan
tetapi mitos itupun bukan tidak ditundjang oleh fakta selama dua
tahun berdjalan. Sampai September 1968 misalnja, giro dan
deposito bank-bank asing masih berdjumlah Rp 1,9 miljar,
sementara djumlah jang berada ditangan swasta nasional sudah Rp
14,2 miljar. Tapi achir September 1970 djumlah kenaikan pada
bank-bank asing sudah mentjapai 5 kali jaitu Rp 10,7 miljar,
sementara pada bank-bank swasta nasional hanja 3 kali jaitu Rp
32,8 miljar.

; Dibatasinja daerah gerak bank-bank asing jang ditangannja sudah
tersedia sepuluh miljar rupiah lebih sesungguhnja bukan hanja
menggelisahkan fihak jang memilikinja akan tetapi djuga bagi
jang memerlukan uang - jaitu pemerintah. Mengapa? Bagi fihak
tamu jang memilikinja, Rp 10 miljar itu berarti uang jang
setengah mati, tak dapat diputarkan setjara lebih ekonomis,
sementara bagi fihak pemerintah sendiri uang jang sesungguhnja
bisa dikerahkannja untuk memperlantjar projek-projek pembangunan
jang kekurangan likwiditas terpaksa hanja dikerling-kerling
dengan menahan nafas. Kedua fihak bagaimanapun agaknja sama-sama
memaklumi situasi ini. Akan tetapi usul pertama rupanja datang
dari fihak tamu. David Rockefeller, Ketua Chase Manhattan Bank
jang punja tjabang di Djakarta, ketika beberapa waktu jang lalu
datang ke Indonesia bersama isteri dan Peggy puterinja, sempat
bertemu muka dengan Radius Prawiro, Gubernur Bank Sentral. Apa
jang dipertjakapkan keduanja? Tidak lain soal memanfaatkan uang
jang sudah djadi besar ditangan bank-bank asing itu. "Kami
sungguh mengharapkan supaja pembatasan-pembatasan terhadap bank
asing dikendorkan", kata tuan Bank dari Amerika itu kepada
Radius, seperti jang dikutip pers.

; Karantina. Bukan tanpa alasan bahwa suara pertama untnk membuka
tjabang-tjabang didaerah itu datang dari bank Amerika. Keinginan
untuk membebaskan diri dari sematjam karantina jang mengekang
itu tidaklah terlepas dari usaha investor-investor asing jang
sudah menjebar di Indonesia. Apalagi investor Amerika. Merekalah
kiranja jang paling besar dan potensiil disini. Maka tidaklah
berlebihan kalau seorang bankir nasional menilai kedatangan
selusin bank asing di Djakarta itu pada mulanja tidaklah atas
undangan Pemerintah. "Tapi merupakan akibat logis dari masuknja
modal asing disini". Atau dalam kata-kata jang dewasa ini
merupakan modus: bank-bank asing merupakan katalisator untuk
penanaman modal asing. Mudah dimengerti kalau diingat hubungan
inti antara bank asing dengan penanam-penanam modal raksasa
sudah lama terdjalin. Bukankah perusahaan-perusahaan asing
disini sebelumnja merupakan langganan setia dari bank-bank asing
tersebut. Dan bukankah kerdjasama antara perusahaan dan bank-nja
dinegara mereka sepantasnja diteruskan di Djakarta? Maka untuk
melantjarkan arus modal asing masuk kemari, tiada pilihan lain
ketjuali toch mengutjapkan selamat datang pada mereka.

; Dua tahun liwatlah sudah. Tapi dalam waktu sependek itu mulailah
terasa bahwa alat katalis itu tidaklah mengikuti ketjepatan
gerak dari operasi investor asing. Dalam kata-kata manager
Indonesia untuk Bank of America, C. Van Dongen: "Bank-nja tetap
ketinggalan kereta di Djakarta" (lihat box).

; Namun reaksi-reaksi keras datang djuga dari kalangan bank
swasta. Dalam perkembangan selama dua tahun mereka bukan sadja
merasa mendapat saingan dalam usaha oleh bank-bank asing,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…