AHLAN WASAHLAN, MUHAMMAD ALI

Edisi: 32/03 / Tanggal : 1973-10-13 / Halaman : 40 / Rubrik : OR / Penulis :


DI sebuah restoran untuk kaum kulit putih di Louisville,
Kentucky (AS) pertengahan tahun 1960, seorang remaja Negro
mencoba menggeliat dari kungkungan rasial. Sejak karirnya
dipatok di tangga pertama Olympiade, dengan tak ragu-ragu ia
menyebut dirinya warga utama Amerika. Tapi pandangan umum
tentang penghuni ghetto -- daerah perkampungan Negro di AS --
tidaklah serancak bayang-bayang dalam hati anak muda itu
sendiri. Kenyataan hidup yang ditemuinya ternyata belum berubah
dari kekangan yang lama. Masih berupa perlakuan pahit: pemilik
restoran menolak memberikan pelayanan untuk dirinya - tanpa
memandang medali emas yang terkalung di lehernya - atas
perbedaan warna kulit. Cassius Marcellus Clay Jr. petinju hitam
juara kelas ringan berat Olympiade Roma (1960) mengawali
lembaran baru dunia tinju pro.

; Liku-liku kepahitan ras-diskriminasi sejak perlakuan itu makin
terasa menderita batin Clay, faktor yang antara lain menyebabkan
mengapa ia kemudian memilih Islam. Bersua dengan Samuel X Saxon,
seorang penganut sekte Muslim Hitam di Miami, Florida tahun 1961
Clay yang resah segera menjadi dekat ke dalam ajaran Nabi
Muhammad s.a.w. yang tiada membedakan unsur manusiawi antara
umat putih dan umat hitam. Sampai suatu saat ia bertemu dengan
pemimpin sekte Elijah Muhammad yang memberikan kepekatan jiwa
kepadanya, sehingga tak ada keraguan lagi bagi Clay untuk
mengganti nama pemberian orang tuanya dengan muslim terhormat:
Muhammad Ali.

; Selincah Kupu-kupu

; Kegetiran hidup Cassius Clay yang menyentuh perikemanusiaan itu
membuat orang lantas menyelusuri jalan hidupnya. Lahir di
perkampungan Negro Louisville, Kentucky tanggal 17 Januari 1942,
Clay mulai mengenai olahraga tinju sejak ia ditemukan oleh
pencari bakat Joe Martin pada usia 12 tahun. Muncul sebagai
juara nasional kelas berat Amateur Atletic Union dan turnamen
Golden Gloves dalam umur 18 tahun, Clay kemudian menundukkan
finalis kelas ringan berat Uni Soviet, Gennadiy Shatkov di
gelanggang Olympic Games tahun yang sama. Tekadnya untuk menjadi
seorang juara dunia mulai tampak di sini: "Saya tidak akan tidur
tanpa medali di leher saya", kata Clay pada teman-temannya
sebangsa di perkampungan atlit menjelang pertandingannya melawan
Shakov. Cassius Clay membayar niat malam itu. Ia menggantungkan
medali emas kemenangannya di leher sampai 5 hari kemudian.

; Beralih…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14

Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…

M
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14

Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…

K
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14

Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…