Pohon Rindang Itu Sakit, Tapi ...
Edisi: 50/06 / Tanggal : 1977-02-12 / Halaman : 48 / Rubrik : EB / Penulis :
DI atas kantor pusatnya bersinar tanda waktu. Siapa saja yang melintas di depannya, Jl. ir. H. Juanda, Jakarta Pusat, bahkan para pejabat tinggi yang keluar dari Bina Graha menuju Jl. Veteran pun akan gampang melihat angka bercahaya. Angka itu menunjukkan pukul berapa sekarang. Detik demi detik jalannya waktu diberitahukannya. Itulah jam PT Astra International Inc. dijamin tepat.
Di dalam kantor pusat itu, direksi Astra biasanya dikejar waktu terus-menerus, berusaha membuat perusahaan bertumbuh. Astra memang sudah maju cepat secara luar biasa. Kini ia begitu besar, hingga membentuk kelompok tersendiri, bagaikan - seperti Direktur Utama William Soeryadjaya gemar menyebutnya - "pohon rindang".
Oom Willem, demikian panggilan intim atas Dirut Astra itu, seakan-akan seperti atlit yang mau memecahkan rekor selalu, memperbaiki-kecepatan detik demi detik. Tetapi sekarang Astra rupanya tengah melihat lampu kuning: peringatan supaya berhati-hati. Sementara kalangan bisnis di ibukota RI ini bahkan menganggap Astra sudah sukar bernapas karena hutangnya. Jam Astra masih tepat, tapi jalan kelompok besar ini menghadapi para bankir, asing maupun domestik, sudah ketinggalan waktu.
Tidak diketahui pasti berapa hutangnya. Negosiasi dengan para kreditornya sudah dan sedang berlangsung. Timbul pertanyaan apakah ini akan merepotkan Bank Indonesia lagi sesudah krisis Pertamina. Astra, walaupun bukan perusahaan negara, adalah majikan dari 10.000 karyawan dan posisinya di sektor swasta nasional sangat menentukan.
Direksi Astra, ketika TEMPO bertanya, mengakui ada kesulitan keuangan. Cukup serius kesulitan itu, yang pertama kali dialaminya sejak masa pertumbuhan selama 10 tahun terakhir ini. Dalam luncu bersama di ruang makan pimpinan Astra, Dirut selalu kelihatan mengheningkan diri, sebelum dan sesudah bersantap. "Sekarang doanya", kata seorang manajer, "lebih panjang". Dirut yang dikenal taat pada agamanya (Protestan) tidak merasa tersinggung. Dari omongannya, dia jelas mengharapkan bantuan kekuatan Tuhan. "Mukjizat", katanya, "bukan saja terjadi di zaman baheula . . . "
Proyek perumahan (real estate) di Kuningan, Jakarta Pusat, rupanya salah satu penyebab demam-panas Astra. Bisnis perumahan itu yang semula dimaksud untuk keperluan Pertamina, kini macet. Ini adalah suatu akibat sampingan yang dialami Astra sesudah Pertamina goncang. Majalah Asian Finance, tanpa menyebut Kuningan, memberitakan tentang berantakannya suatu proyek real estate dari lingkungan Astra. Presiden Komisaris KT Tjia dikutipnya sebagai mengatakan, "a US$ 30 million miscalculation (suatu kekeliruan 30 juta dollar Amerika)".
Kemacetan itu menimbulkan akibat berantai, antara lain dengan Union Bank di Hong Kong, yang memberi Astra pinjaman. Walaupun negosiasi…
Keywords: PT Astra International Inc, William Soeryadjaya, Oom Willem, Bank Indonesia, KT Tjia, PT Gaya Motor, PT Federal Motor, Tjia Brothers, Indo Commercial Bank, 
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…