Dari Mana Datangnya Pengawasan?
Edisi: 43/34 / Tanggal : 2005-12-25 / Halaman : 26 / Rubrik : NAS / Penulis : Wijanarko, Tulus , Sohirin, Muchamad Nafi, Fikri, Ahmad
Beberapa lembaga pemerintah menggelar proyek dengan obyek komunitas pesantren. Muncul kegalauan, ini bentuk pengawasan gaya baru.
SEPEKAN kemarin sungguh merupakan hari yang padat bagi Dirjen Kesatuan Bangsa dan Politik Departemen Dalam Negeri, Sudarsono Hardjosukarto. Ia mesti meloncat dari satu pesantren ke pesantren lain di Jawa-Madura demi sebuah misi. Ia memasarkan ide tentang kebangsaan ke komunitas yang selama ini lebih banyak mengkaji ilmu agama tersebut.
"Kemarin dilakukan di Jakarta dan Sukabumi, lalu di Pesantren Edi Mancoro, Tuntang, Semarang. Besok saya ke Gontor, terus ke Alhamdiyah di Bangkalan," kata Sudarsono kepada Dewi Rahmarini dari Tempo, Rabu pekan lalu. Kesibukan itu bahkan belum susut pekan ini, karena dia mesti turne ke Yogyakarta, Sidogiri, dan Banten. Misinya tetap, penanaman semangat nasionalisme ke penghuni pondok.
Sudarsono menamai proyek itu dengan sebutan halaqoh kebangsaan. Sesuai dengan namanya, dalam halaqoh yang dihadiri para pengasuh pesantren itu akan diberikan materi kebangsaan. Rinciannya, mulai dari materi tentang posisi Indonesia dalam percaturan global, ketatanegaraan pasca-amendemen UUD 1945, hingga peran pesantren dalam perjalanan berbangsa dan bernegara.
Sejauh ini ia diterima dengan tangan terbuka oleh para pengasuh pondok. Hanya ketika di Pesantren Edi Mancoro, sang tuan rumah, KH Mahfud Ridwan, sempat memberikan sembutan cukup kritis saat pembukaan halaqoh. Kiai lulusan Universitas Al-Azhar Kairo itu mengkritik pandangan bahwa pesantren adalah sarang teroris. Katanya, itu sangat tidak beralasan. Mahfud menduga pandangan itu sengaja disebarkan agar ada alasan untuk mengawasi umat Islam.
Pak Kiai merasa perlu menyatakan hal itu karena ia mendengar bisikan dari pengurus Rabithah Mahad Islami (RMI) bahwa acara yang dibungkus dengan istilah halaqoh itu sejatinya bagian dari proyek Departemen Dalam Negeri untuk sosialisasi antiterorisme di pesantren. "Ini tidak bisa dibiarkan, seolah pesantren adalah komunitas yang harus diawasi dan membahayakan negara," katanya kepada Tempo.
Meski demikian, pelaksanaan halaqoh di Edi Mancoro berlangsung meriah. Aula pondok disesaki sekitar 250 pengasuh pesantren di lingkungan Jawa Tengah. Mereka memenuhi undangan yang diteken oleh RMI dan Departemen Dalam Negeri itu dengan antusias. Di tengah asap rokok yang memenuhi ruangan, para pria bersarung tersebut mengajukan berbagai pertanyaan yang kadang memancing tawa hadirin. Dalam ceramahnya pun Sudarsono sama sekali tidak menyinggung soal terorisme.
***
Kendati demikian, kecemasan KH Mahfud…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?