Terkubur Di Kampung Sendiri
Edisi: 03/35 / Tanggal : 2006-03-19 / Halaman : 40 / Rubrik : NAS / Penulis : Setiyardi, Akbari, Rana, Anita, Riesty
DI depan pintu, Iyah sempat termangu. Wajah perempuan 40 tahun ini tampak redup. Berkulit legam, tubuhnya kelihatan kurus. Tempo, yang menemuinya Kamis pekan lalu, langsung diajak masuk ke rumahnya yang berdinding bambu. Tanpa banyak bicara, Iyah menggelar sehelai tikar lusuh. Matanya berkaca-kaca. âBeginilah nasib saya,â katanya sambil menyeka buliran air mata yang jatuh.
Iyah adalah satu dari ratusan warga Kampung Cilimus, Desa Citatah, Kecamatan Gunung Masigit, Bandung, yang tengah berduka. Dua hari sebelumnya, ia kehilangan suaminya, Mamat Kurdi, 42 tahun. Sang suami meninggal bersama 11 penggali pasir lainnya yang tertimbun longsoran di penambangan pasir Gunung Masigit. Mamat baru ditemukan keesokan harinya. Jasadnya hancur akibat beberapa kali tergilas alat berat. âSaya tak mau melihatnya,â ujar Iyah sambil terisak. âSudah tak bisa dikenali lagi.â
Mamat dan para tetangganya memang menyandarkan hidup pada penambangan pasir. Tak kurang dari 70…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?