Babak Akhir Jenderal 'bima'
Edisi: 48/34 / Tanggal : 2006-01-29 / Halaman : 32 / Rubrik : NAS / Penulis : Agustina, Widiarsi , Febiana, Fanny ,
WAYANG kulit itu berkelebat di genggaman Jenderal Ryamizard Ryacudu, 55 tahun. Berdiri di depan sejumlah wartawan yang mengerumuninya siang itu, jenderal kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, ini bergaya bak seorang dalang yang memainkan lakon wayang. "Ini Bima," kata Jenderal Ryamizard mengenalkan sang tokoh.
Menantu mantan wakil presiden Try Sutrisno itu lalu bercerita tentang sosok Bima alias Bratasena, anak kedua dari lima anak Prabu Pandu dalam legenda Mahabarata. Bima dikenal patuh pada gurunya, terutama Dewa Ruci. Anggota keluarga Pandawa ini dikenal bersemboyan menang jika berperang, memilih mati jika kalah. "Jiwanya keras, hatinya lembut," kata Ryamizard. "Ini pertanda saya. Bisa menjadi simbol watak seseorang," ucapnya lagi.
Hari itu, Rabu 25 Mei 2005, Ryamizard terlihat girang betul. Wayang kulit kado panitia seminar di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, itu diayun-ayunkannya. Kado itu diberikan sebagai kenangan karena sang Jenderal bersedia tampil menjadi pembicara seminar membedah kitab Negara Kertagama karya Mpu Tantular. Bersama sejumlah pakar budaya, mantan Pangkostrad ini fasih mengulas buku yang mengisahkan kegemilangan Kerajaan Majapahit. Tapi, tetap saja yang disampaikan tak jauh dari urusan keamanan.
Menjadi pembicara adalah satu di antara sekian kegiatan Ryamizard saat ini. Dan tampilannya di Perpustakaan Nasional siang itu adalah yang pertama sejak ia tak lagi menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Begitu lengser, sederet undangan seminar, diskusi kebangsaan, hingga menjadi guru di Sekolah Taruna Nusantara mengalir deras ke rumahnya di kawasan Cijantung, Jakarta Timur.
Aktivitas lainnya? Indra Bambang Utoyo, karib Ryamizard dari Palembang, bercerita bagaimana sang Jenderal menghabiskan hari-harinya. Sekali waktu, jenderal satu ini masih ikut sibuk mengurusi TNI Manunggal Desa di Aceh. Kali lain, sang Jenderal melahap setumpuk buku bacaan. Di waktu senggang, selain olahraga, Ryamizard gemar naik gunung dan juga memotret. "Dan yang jelas, memberikan banyak waktunya untuk keluarga. Selama ini hampir 90 persen waktunya untuk mengurusi negara," ujar Indra.
Dari istrinya, Nora Trystiana, Ryamizard mendapat tiga anak. Si…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?