Tetaplah Di Barak, Jenderal

Edisi: 32/34 / Tanggal : 2005-10-09 / Halaman : 30 / Rubrik : NAS / Penulis : Zulkifli, Arif , ,


SUDAH jadi rahasia umum, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto bukan orang yang suka tampil di muka publik. Ada yang bilang, dia bahkan cenderung pemalu. Ia bekerja di lapangan, di balik meja, dan tak seperti jenderal atau mantan petinggi TNI lainnya, ia tak suka menyanyi di panggung hajatan terbuka. Itulah sebabnya ia bukan orang yang populer—setidaknya di mata responden jajak pendapat Tempo. Dibandingkan dengan bekas Panglima TNI lainnya—Wiranto, Widodo A.S., Try Sutrisno, atau Edi Sudradjat—ia paling tidak dikenal masyarakat.

Tapi, pada periode kepemimpinannyalah TNI mendapat tugas berat. Sejumlah bisnis TNI—ladang usaha yang kerap dituding hanya memakmurkan para jenderal—dipotong. Tak lama lagi kendali bisnis itu akan dialihkan dari Markas Besar TNI ke Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Selain itu, pada era Sutartolah perundingan Helsinki antara Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berlangsung dengan mulus. Bisik-bisik menyebutkan, diperpanjangnya masa jabatan Sutarto hingga tahun depan dilakukan untuk mengamankan pelaksanaan perjanjian damai itu.

Bagi publik, kinerja Sutarto memang tak kinclong-kinclong amat. Dalam skala penilaian sangat bagus sampai buruk, ia rata-rata dinilai bagus (bukan sangat bagus). Dalam memimpin TNI, ia dianggap…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?