Novel yang Belum Selesai

Edisi: 45/46 / Tanggal : 2018-01-07 / Halaman : 60 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Syailendra Persada, Linda Trianita, Caesar Akbar


DELAPAN bulan setelah wajah Novel Baswedan disiram air keras, Kepolisian Daerah Metro Jaya baru membuka hotline untuk menampung informasi dari masyarakat mengenai teror terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi itu. Diluncurkan pada akhir November 2017, pelayanan pengaduan ini ramai dihubungi pada hari-hari pertama saja.

Tempo menghubungi saluran siaga 0813-9884-4474 pada Rabu pekan lalu. Tapi, sepanjang hari, nomor itu tidak aktif. Pelayanan baru tersambung keesokan harinya. Di ujung telepon, operator mengatakan baterai telepon seluler saluran tersebut baru selesai diisi ulang.

Pria yang tidak mau menyebut namanya itu menuturkan nomor tersebut sudah jarang berdering. "Paling dalam sehari hanya dua orang yang menghubungi," kata anggota Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya itu. "Dulu pertama dibuka bisa sampai 20-an."

Polisi membuka pelayanan itu berbarengan dengan dikeluarkannya dua sketsa wajah pelaku yang diduga menyerang Novel pada 11 April 2017. Subuh itu, Novel disiram air keras sepulang salat di Masjid Al-Ihsan di dekat rumahnya, di Jalan Deposito Blok T/8, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Polisi berharap saluran itu bisa menampung informasi masyarakat yang mengetahui keberadaan atau identitas orang yang ciri-ciri wajahnya mirip sketsa tersebut. Hingga Desember 2017, polisi mencatat ada 700-an penelepon. "Tapi tidak ada informasi signifikan," ujar juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono.

Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis mengatakan sketsa tersebut dibuat setelah polisi memeriksa dua saksi kunci yang sempat bersirobok dengan terduga pelaku sebelum penyerangan itu terjadi. "Kemiripan sketsa ini sudah lebih dari 90 persen sesuai dengan wajah terduga penyerang," ujar Idham. Polisi mengklaim telah memeriksa 66 saksi.

Sebelumnya, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian merilis sketsa wajah seorang pria. "Dia diduga pelakunya," kata Tito di Istana Negara setelah dipanggil Presiden Joko Widodo untuk membicarakan teror terhadap Novel, akhir Juli 2017. Sketsa, menurut Tito, digambar setelah seorang saksi mengaku melihat wajah pelaku lima menit sebelum Novel diserang. Berkebalikan dengan Tito, Idham mengatakan sketsa tersebut bukanlah wajah terduga pelaku.

Publikasi dua sketsa oleh Idham meletikkan syak wasangka. Pada kertas sketsa itu, tertera tanda tangan bertanggal 2 Agustus 2017. Artinya, sketsa tersebut selesai digambar pada tanggal itu. "Pertanyaannya, kenapa baru dirilis akhir November?" ujar pengacara Novel, Alghiffari Aqsa.

Para saksi yang ditemui Tempo selama November-Desember mengatakan polisi membuat sketsa berdasarkan keterangan mereka beberapa pekan setelah penyerangan. Semua saksi mengatakan tidak ada satu pun sketsa yang sesuai dengan ciri-ciri terduga pelaku seperti yang mereka lihat.

Pembantu di rumah Novel, misalnya, mengatakan dua sketsa itu tidak ada yang mirip dengan wajah pria misterius yang sempat ia lihat enam hari sebelum majikannya diserang. Ia masih ingat lelaki itu berbadan gempal dan berambut ikal.

Syahdan, lelaki gempal itu datang ke rumah Novel dengan berpura-pura hendak membeli gamis untuk laki-laki. Istri Novel, Rina Emilda, memang membuka butik di rumahnya. Tapi ia hanya menjual baju untuk muslimah. Seorang pengurus Al-Ihsan mengatakan pria gempal yang sama juga terlihat wira-wiri di masjid itu sehari sebelum Novel disiram air keras.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…