Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo: Saya Bukan Pelacur Politik

Edisi: 06/47 / Tanggal : 2018-04-08 / Halaman : 40 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Reza Maulana, Angelina Anjar Sawitri,


JENDERAL Gatot Nurmantyo, 58 tahun, bikin pangling saat bertandang ke kantor Tempo di Palmerah, Jakarta, Selasa pekan lalu. Seragam hijau Angkatan Daratnya berganti setelan jas hitam dengan kemeja putih. Senyum seperti tak lepas dari wajah mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia itu.

Sejak digantikan Marsekal Hadi Tjahjanto pada Desember tahun lalu, Gatot lebih leluasa menentukan agendanya. Selain merintis peternakan ayam di Purwakarta, Jawa Barat, dia hilir-mudik mengisi kuliah di berbagai universitas, menemui pendiri partai politik, dan menyambangi ulama. Saat masih jadi prajurit, pemimpin tertinggi saya presiden. Tapi, setelah jadi purnawirawan, pimpinan saya, ya, ulama, kata Gatot, yang dua pekan belakangan melakukan safari media.

Per awal bulan ini, Gatot memasuki babak baru dalam hidupnya: purnawirawan. Cita-cita saya memang pensiun, ujarnya. Di pengujung 36 tahun kariernya, namanya santer beredar sebagai kandidat peserta pemilihan presiden dan wakil presiden 2019. Seiring dengan itu, bermunculan kelompok relawan pendukungnya. Apabila Republik memanggil dan rakyat menghendaki, jadi apa pun saya siap, ujarnya.

Selama dua setengah jam, dia menjawab 176 pertanyaan Tempo. Tanya-jawab penuh gelak tawa ini diselingi makan siang masakan Manado, salah satu kota masa kecilnya. Gatot selalu ngeles saat ditanyai soal pemilu presiden. "Sekarang saya bisa mengalahkan Pak Jokowi," ucapnya. "Dalam hal ngemong cucu. Beliau belum tentu bisa seminggu sekali. Saya bisa tiap hari." Wawancara ditulis wartawan Tempo Reza Maulana dan Angelina Anjar.

Anda akan maju dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2019?

Saya dididik untuk berjuang. Berjuang itu tanpa batas ruang dan waktu. Purnawirawan pun boleh berjuang. Hak politiknya kan sama dengan warga sipil. Apa pun jabatannya, kalau Republik memanggil dan rakyat menghendaki, saya siap.

Termasuk menjadi presiden?

Jadi apa pun saya siap. Demokrasi memang sepenuhnya ada di tangan rakyat. Tapi semua Allah yang menentukan. Jadi, siapa pun yang menjadi presiden, itu kehendak Allah dan harus kita dukung.

Apakah elektabilitas dan citra baik di pemilih muslim menjadi pendorong Anda maju?

Saya berterima kasih kalau dikatakan banyak yang bersimpati kepada saya. Untuk maju, belum saatnya saya bicara, karena sekarang masih sebagai prajurit TNI.

Apa saja persiapannya?

Begini saja, ha-ha-ha....

Kelompok relawan seperti Selendang Putih Nusantara bagian dari persiapan?

Saya baru bertatap muka dengan Selendang Putih Nusantara dalam acara Mata Najwa, pertengahan bulan lalu. Saat dikenalkan, saya baru menyadari mereka juga hadir saat saya berceramah di Masjid Al-Azhar, dua pekan sebelumnya. Saya sampaikan terima kasih. Tapi saya tidak pernah memberi petunjuk.

Anda sempat mengutip sebuah puisi dan menjadi perbincangan karena puisi itu isinya mengkritik pemerintah, padahal saat itu Anda masih Panglima TNI....

Itu terpotong-potong seolah-olah mengkritik pemerintah. Saya katakan, yang paling berbahaya dari semua itu adalah teori hegemoni dan imigrasi. Orang akan mencari tempat penghidupan lebih baik. Ini evolusi. Contohnya, orang Betawi sekarang tersingkirkan. Kalau itu dinilai mengkritik pemerintah, silakan saja. Tapi, buat saya, itu warning.

Anda concern sekali soal ketimpangan?

Bukan ketimpangannya yang saya khawatirkan. Tapi ketimpangan sosial, kemiskinan, akan berdampak pada krisis ekonomi, krisis sosial, dan kerusuhan sosial. Saya pernah ditanyai Presiden saat saya berbicara tentang ekonomi. Beliau kaget. "Pak Gatot bicara ekonomi kok tajam sekali?" Saya bilang, "Pak, saya sebagai Panglima TNI tidak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…