Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa: Tidak Mungkin Saya Tidak Percaya Polri

Edisi: 18/48 / Tanggal : 2019-06-30 / Halaman : 92 / Rubrik : WAW / Penulis : Arif Zulkifli,, Reza Maulana, Raymundus Rikang


POLARISASI antara pendukung Joko Widodo dan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden lalu ikut menyeret Tentara Nasional Indonesia, khususnya Angkatan Darat. Sebagian pendukung menuding tentara memihak pada calon inkumben. Sebagian lain menganggap militer mendukung sang penantang, yang juga mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Alih-alih menguap, isu miring seputar Angkatan Darat malah menguat selepas pemilihan presiden. Seusai kerusuhan 22 Mei lalu—setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan Joko Widodo-Ma’ruf Amin sebagai pemenang pemilihan presiden—polisi menangkap Mayor Jenderal Purnawirawan Kivlan Zen, Kepala Staf Kostrad 1998-2000, atas dugaan rencana pembunuhan pejabat negara dan Mayor Jenderal Purnawirawan Soenarko, Komandan Jenderal Kopassus 2007-2008, atas dugaan kepemilikan senjata api ilegal. Penahanan tersebut dikabarkan menimbulkan gejolak di kalangan prajurit.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa menolak semua tudingan tersebut. Ia mengungkapkan, memang ada sejumlah kecil prajurit yang melanggar asas netralitas, tapi mereka sudah menjalani persidangan dan dijatuhi sanksi. “Bagi kami, tidak ada posisi selain netral dalam pemilihan umum,” katanya.

Andika, 54 tahun, mengatakan kasus hukum yang menjerat para purnawirawan tidak mempengaruhi prajurit. Komandan Pasukan Pengamanan Presiden 2014-2016 ini juga yakin Angkatan Darat memegang teguh garis komando kepada Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. “Saya tidak melihat ada kemungkinan mereka bergerak atau digerakkan dari luar,” ujar lulusan Akademi Militer pada 1987 tersebut.

Kamis, 20 Juni lalu, Andika menerima wartawan Tempo, Arif Zulkifli, Reza Maulana, Raymundus Rikang, dan Angelina Anjar, di Markas Besar TNI Angkatan Darat di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Ini adalah wawancara khusus perdananya sejak menjabat delapan bulan lalu. Wawancara satu setengah jam tersebut berlangsung penuh tawa. Andika menjawab lugas semua pertanyaan, dari soal netralitas, banyaknya perwira tinggi tanpa jabatan di Angkatan Darat, sampai kegemarannya pada olahraga angkat beban. Namun sang Jenderal mengunci mulut rapat-rapat saat disinggung ihwal peluangnya menjadi Panglima TNI.

Bagaimana TNI, khususnya Angkatan Darat, memposisikan diri dalam pemilihan presiden?

Dalam pemilihan umum, tidak mungkin ada posisi selain netral. Itu doktrin dari masa ke masa. Banyak peran yang harus saya mainkan di TNI Angkatan Darat karena kami memiliki personel yang sangat banyak, mencapai 348 ribu pegawai negeri sipil dan tentara. Itu tidak mudah. Tapi inilah yang bisa kami lakukan. Kami tidak mau menutup diri atau mengklaim apa pun. Jadi, apa pun kesan dari masyarakat, saya harus terima.

Fenomena keunggulan suara Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno di banyak perumahan tentara menunjukkan gejala ketidaknetralan?

Yang memilih kan bukan TNI. Sudah jelas bahwa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…