Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad: Saya Ingin Lihat Dulu Kinerja Pemerintah

Edisi: 04/49 / Tanggal : 2020-03-22 / Halaman : 96 / Rubrik : WAW / Penulis : Abdul Manan, ,


MAHATHIR Mohamad sedianya meletakkan jabatannya sebagai Perdana Menteri Malaysia dan memberi jalan bagi Ketua Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim menggantikannya seusai sidang Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Kuala Lumpur, November mendatang. Kesepakatan itu dicapai dalam rapat pimpinan koalisi partai pemerintah Pakatan Harapan, yang terdiri atas PKR, Partai Aksi Demokratik (DAP), Partai Pribumi Bersatu Malaysia, dan Partai Amanah, pada 21 Februari lalu.

Perubahan cepat politik Malaysia pada pekan ketiga Februari lalu membuat skenario itu tak berjalan. Wakil Ketua PKR Azmin Ali bersama sepuluh koleganya keluar dari partai dengan alasan mencegah Mahathir dijegal di tengah masa jabatannya. Partai Bersatu, dalam rapat pimpinan 23 Februari lalu yang dihadiri Mahathir (ketua) dan Tan Sri Muhyiddin Yassin (presiden), memutuskan hengkang dari koalisi Pakatan Harapan. Sore harinya, Azmin dan Muhyiddin bertemu dengan tokoh oposisi, termasuk dari Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dan Partai Islam Se-Malaysia (PAS), di Hotel Sheraton Petaling Jaya, Kuala Lumpur, dan menyepakati pembentukan koalisi Perikatan Nasional serta mengusung Mahathir sebagai perdana menteri.

Keluarnya kubu Azmin dan Partai Bersatu menyebabkan kursi Pakatan Harapan di Dewan Rakyat—parlemen Malaysia—melorot dari 139 menjadi 92. Dengan jumlah kursi kurang dari mayoritas sederhana 112, pemerintah yang belum genap berjalan dua tahun itu pun jatuh. Pada 24 Februari, Mahathir tak menghadiri pertemuan di Hotel Sheraton serta mundur dari partai dan jabatan perdana menteri karena tak setuju partainya berkongsi dengan UMNO. Belakangan, pengurus Partai Bersatu menolak Mahathir mundur dari jabatan ketua. “Saya tidak setuju bekerja sama dengan UMNO karena ada pejabatnya yang menjadi terdakwa kasus korupsi,” kata Mahathir dalam wawancara khusus dengan wartawan Tempo, Abdul Manan, di kantor Yayasan Kepemimpinan Perdana di Putrajaya, Malaysia, Rabu, 11 Maret lalu.

Setelah bertemu dengan seluruh 222 anggota Dewan Rakyat, Raja Malaysia Yang Di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah memilih Muhyiddin Yassin sebagai pengganti Mahathir. Muhyiddin terpilih karena didukung mayoritas anggota parlemen. Muhyiddin dilantik sebagai perdana menteri kedelapan pada 1 Maret lalu dan mengumumkan kabinetnya delapan hari kemudian.

Mahathir, yang akan berusia 95 tahun pada Juli mendatang, masih lugas menjawab pertanyaan. Ia masih kuat naik tangga saat memasuki ruang kerjanya di lantai dua kantor yayasan yang ia dirikan pada 2003 itu. Dalam wawancara sekitar satu jam itu, Mahathir menjelaskan siapa di balik kejatuhan pemerintahan Pakatan Harapan, alasannya belum mau menemui Muhyiddin, kekhawatiran orang Melayu terhadap dominasi etnis Cina, dan resepnya tetap sehat pada usia mendekati satu abad.

Apa yang terjadi sehingga pemerintahan Pakatan Harapan jatuh sebelum genap berjalan dua tahun?

Ini bermula dari pemilihan umum ke-14 (2018), saat partai koalisi Barisan Nasional, yang memerintah selama 60 tahun, kalah oleh oposisi Pakatan Harapan. Pengumuman kemenangan Pakatan Harapan itu diundur-undurkan. Rupanya, Datuk Sri Najib…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…