Kisah-Kisah Penantian Eksekusi yang Tak Jelas Bagi Terdakwa Hukuman Mati
KESUNYIAN tiba-tiba membekap ruang Kepala Lembaga Pemasyarakatan Malang, suatu hari di awal Februari silam. Yang terdengar hanya tarikan napas terpidana mati Sumiarsih, 54 tahun, yang duduk di depan Hasnah, Kepala Lembaga Pemasyarakatan. Perempuan ini baru saja mendapat penjelasan bahwa permohonan grasi yang diajukannya beberapa tahun silam ditolak Presiden Megawati. Sumiarsih tak begitu terkejut, cuma kepasrahan yang membayang di raut mukanya. Dengan langkah berat, Sumiarsih lalu kembali ke selnya. Di sana, ia meraih Alkitab lalu membacanya lirih. Hanya sebentar. Setelah itu, perempuan ini kembali merenung. "Matanya berkaca-kaca. Sesekali ia memandang ke langit-langit," ujar seorang petugas LP yang menyaksikan drama ini. Kepedihan kembali mengiris hatinya saat Maywati Asturi, anaknya, menjenguk selang beberapa jam kemudian. Pertemuan yang biasanya penuh canda ini berganti dengan duka. Isak tangis Maywati semakin menjadi-jadi. Tapi Sumiarsih lama terdiam diri, berusaha tabah tanpa linangan air mata. "Sudah, tak perlu dipikirkan. Semua orang pasti akan mati," ucap sang ibu menghibur anaknya. Bagi perempuan ini, keluarnya penolakan grasi bagaikan munculnya malaikat pencabut nyawa. Eksekusi hukuman mati kian mendekat, maut semakin sulit ditolak.
Keywords :Kisah-Kisah Penantian Eksekusi yang Tak Jelas Bagi Terdakwa Hukuman Mati,
-
Downloads :0
-
Views :207
-
Uploaded on :23-12-2023
-
PenulisPDAT
-
Publisher
TEMPO Publishing -
EditorTim Penyusun PDAT: Ismail, Asih Widiarti, Dani Muhadiansyah, Evan Koesumah
-
SubjekHukum
-
BahasaIndonesia
-
Class-
-
ISBN-
-
Jumlah halaman60
Kisah-Kisah Penantian Eksekusi yang Tak Jelas Bagi Terdakwa Hukuman Mati
Alamat
PDAT Gedung Tempo Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta 12210
Kontak
Phone / Fax: 62-21 536 0409 (ext. 321) / 62-21 536 0408
WA : 62 838 9392 0723
Email : [email protected]
Support
Support Datatempo