Pertumbuhan Sinema Asia di Mata Dunia

TAHUN 1998 adalah bagian dari periode transisi penuh krisis (1995-2005) yang akan berlangsung selama 10 tahun, setelah sinema Asia periode 1985-1995 mengalami masa emasnya (1985-95). Periode emas sinema Asia dengan mudah dialami lewat keberhasilan empat macan Asia (Cina, Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan) meraih penghargaan pada festival bergengsi dunia dari Oscar, Cannes, hingga Berlin Lewat para sutradara generasi keempat Cina, seperti Zhang Yimou (lahir 1950) lewat film Red Sorghum (1987), Judou (1990), The Story of Qiu Ju (1992), To Live (1994), dan Shanghai Triad (1995). Juga Hao Hsiao Hsien-Telwan (lahir 1948) yang melejit lewat film A City of Sadness (1993), Puppet Master (1993) yang meraih Jury Prize di Cannes, maupun Flowers of Shanghai (1998) yang dinominasi bersama film Daun di Atas Bantal di Asia-Pacific Film Festival. Dari Hong Kong, bisa dicatat Wong Karwai (lahir 1958) lewat film As Tears Go By (1988), sementara Happy Together meraih sutradara terbaik Festival Film Cannes 1997. Periode emas Asia ini memanjang hingga Pasifik, berbanding lurus dengan periode emas ekonomi dan politik di Asia-Pasifik. Jangan heran, pada periode emas ini, sinema Iran lewat Taste of Cherry karya Abbas Kiorastami dan film Hanabi dari Jepang meraih penghargaan film terbaik Cannes Film Festival 1997, sementara film The Piano karya Jane Campion (Selandia Baru) mampu meraih Oscar.

Keywords :
Pertumbuhan Sinema Asia di Mata Dunia,
  • Downloads :
    0
  • Views :
    49
  • Uploaded on :
    21-12-2023
  • Penulis
    Tim Penyusun PDAT
  • Publisher
    TEMPO Publishing
  • Editor
    PDAT
  • Subjek
    seni & hiburan
  • Bahasa
    Indonesia
  • Class
    -
  • ISBN
    -
  • Jumlah halaman
    60
Pertumbuhan Sinema Asia di Mata Dunia
  • PDF Version
    Rp. 75.000

Order Print on Demand : Print on Demand (POD)