DERU tiga jip memecah keheningan malam yang membungkus Lamitan, kota di Pulau Basilan, Filipina Selatan. Dengan kecepatan tinggi, mobil yang berisi sejumlah gerilyawan Abu Sayyaf itu menerobos Rizal Street menuju Rumah Sakit Jose Ma. Torres. Abu Sabaya, pemimpin gerombolan bersenjata itu, menyandera dokter dan pasien yang sedang dirawat. Dua truk berisi 70 anggota kesatuan scout ranger kemudian meluncur ke tempat kejadian dan segera menguasai keadaan. Anehnya, pasukan tempur angkatan darat Filipina itu membiarkan para gerilyawan tersebut melenggang pergi sembari menggiring 20 sandera. Insiden pada Juni silam itu masih meninggalkan sederet tanda tanya sampai sekarang. Tanda tanya yang sama menggantung di benak Cirilo Nacorda, pastor Katolik yang hadir di tempat kejadian tersebut. Pekan lalu--untuk menjawab rasa curiganya--Nacorda mendatangi tim pencari fakta yang dibentuk oleh parlemen Filipina. Hasilnya? Sungguh mengejutkan, "Seorang kapten yang ikut penyergapan mengakui terjadinya kolusi," kata Nacorda. Namun, pihak militer Filipina, melalui juru bicara Brigadir Jenderal Edilberto Adan, membantah tudingan itu. Adan memberikan alasan, pasukan angkatan darat sengaja tak bertindak keras untuk menghindari jatuhnya korban. "Konflik bersenjata amat membahayakan keselamatan sandera," ujarnya. Anehnya, para petinggi militer mencopot Kolonel Juvenal Narcise, komandan tentara di wilayah Lamitan, tak lama setelah insiden tersebut berlangsung.