Tafsir Ugo Untoro

Mulanya adalah kematian sang kuda. Hewan berkaki empat yang bernama Badai Lembut itu pada 2005 sekarat: tersengal-sengal, menggelepar-gelepar, keluar dengking dan ringkik dari mulutnya. Hati Ugo tersayat. Sosok jantan itu akhirnya menyerah pada pisau-pisau, kekejaman manusia. Dari situ lahirlah pada 2007 pameran yang membuat jagat seni rupa Indonesia terbelalak: Poem of Blood. Ugo Untoro, seniman-perupa 37 tahun, menghadirkan horor tentang nasib kuda di ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta pada Maret 2007 dan Galeri Nasional Jakarta pada April 2007. Tak mengusung keelokan bentuk sosok kuda di atas kanvas, ia menghadirkan citraan kuda lewat bagian tubuh kuda setelah dibantai di rumah jagal. Poem of Blood adalah sajak tentang kuda setelah disembelih secara kejam. Di ruang pameran, Ugo menyajikan bagian-bagian tertentu pahanya, menjadikannya onggokan tubuh yang menggelembung dan digantung-gantung. Yang gila, pada masing-masing ”tubuh” itu terlihat ada cap identitas—tanda yang dihasilkan oleh cap besi panas. Siapa pun penonton yang menghadiri pameran Ugo dapat membayangkan saat para pemilik kuda itu menyelomotkan besi panasnya yang berujung tipologi huruf kepada tubuh-tubuh kudanya. Kulit dan sebagian daging terbakar, asap mengepul, bau gosong, kemudian lengking, ringkik kesakitan. Sebuah penyiksaan terjadi.

Keywords :
Tafsir Ugo Untoro,
  • Downloads :
    0
  • Views :
    67
  • Uploaded on :
    21-12-2023
  • Penulis
    Tim Penyusun PDAT
  • Publisher
    TEMPO Publishing
  • Editor
    PDAT
  • Subjek
    seni & hiburan
  • Bahasa
    Indonesia
  • Class
    -
  • ISBN
    -
  • Jumlah halaman
    60
Tafsir Ugo Untoro
  • PDF Version
    Rp. 75.000

Order Print on Demand : Print on Demand (POD)