Kisah Toni Buntung, Keluarga Penculik Anak di Empat kota
PADA kartu tanda penduduk yang dipegangnya, tertera nama Tono Andriyanto. Ia lahir di Jakarta pada 16 Juli 1956. Tapi lelaki keturunan Tionghoa ini biasa dipanggil Toni. Mula-mula dijuluki Toni Ompong karena giginya rampal, belakangan sebutannya menjadi Toni Buntung, setelah kedua tangannya perotol. Tangan kanannya buntung hingga pergelangan dan jari tangan kirinya sudah tak utuh lagi karena terbabat senjata tajam saat berkelahi. Kendati cacat, ia amat disegani oleh istri, dua anak, dan seorang menantunya. Di bawah komando si Buntung, dalam enam bulan terakhir, mereka melakukan serangkaian kejahatan yang menggegerkan: menculik bocah-bocah dari keluarga yang tidak kaya. Daerah operasinya amat luas, dari Jakarta, Jawa Barat, sampai Jawa Tengah. Tak kurang dari 10 anak telah menjadi korban dan dua di antaranya dibunuh. Ada pula yang diperkosa sebelum dibunuh atau dilepas. Keluarga Toni Buntung bak kawanan penjahat yang kompak. Istrinya, Maryati alias Tan Mon Lai, dan menantunya, Imas, bertugas ”mengasuh” korban dalam penyekapan. Dua anaknya, Jefri Saputra (suami Imas) dan Deny Saputra, kebagian tugas mengincar dan ”memetik” korban.
Keywords :Kisah Toni Buntung, Keluarga Penculik Anak di Empat kota,
-
Downloads :0
-
Views :24
-
Uploaded on :23-12-2023
-
PenulisPDAT
-
Publisher
TEMPO Publishing -
EditorTim Penyusun PDAT: Ismail, Asih Widiarti, Dani Muhadiansyah, Evan Koesumah
-
SubjekHukum
-
BahasaIndonesia
-
Class-
-
ISBN-
-
Jumlah halaman60
Kisah Toni Buntung, Keluarga Penculik Anak di Empat kota
Alamat
PDAT Gedung Tempo Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta 12210
Kontak
Phone / Fax: 62-21 536 0409 (ext. 321) / 62-21 536 0408
WA : 62 838 9392 0723
Email : pdat@tempo.co.id
Support
Support Datatempo