Pada Maret lalu, pemerintah akhirnya memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak. Dan untuk meredam arus protes dari masyarakat yang tidak setuju akan hal tersebut, pemerintah menjanjikan akan mengalihkan subsidi BBM untuk dana pendidikan dan kesehatan. Khusus untuk dana pendidikan, pemerintah telah menganggarkan dana Rp 5,6 miliar sebagai dana kompensasi BBM. Dari dana ini, pemerintah menganggarkan akan membantu pembiayaan 10 juta siswa sekolah, dari SD, SMP, sampai SMA. Perincian yang mereka terima setiap bulannya adalah Rp 25 ribu untuk siswa SD, Rp 65 ribu untuk siswa SMP, dan Rp 150 ribu untuk siswa SMA (dikutip dari www.depdiknas.go.id). Bila dilihat dari nominalnya, dana kompensasi BBM untuk pendidikan ini memang terlihat besar. Namun, setelah dibagikan untuk 10 juta siswa, tentunya jumlah yang didapat masing-masing siswa pun sangatlah minim dan sangat tidak sebanding dengan biaya riil yang harus mereka keluarkan untuk bersekolah. Jumlah nominal yang disebutkan di atas mungkin hanya cukup untuk membayar iuran sekolah tiap bulannya, tapi tentu saja tidak cukup untuk membayar uang pendaftaran dan uang pangkal (uang gedung) yang harus dibayar setiap siswa pada awal masuk sekolah. Belum lagi biaya untuk buku dan seragam yang tidak kalah banyaknya. Padahal biaya-biaya itulah yang selama ini menjadi penghalang utama bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan. Belum lagi jika kita memperhitungkan ongkos untuk biaya transportasi yang mereka gunakan setiap harinya untuk bisa sampai ke sekolah. Jika kita memperhitungkan semuanya, kita bisa melihat, cukup untuk apa sih dana kompensasi BBM yang diberikan oleh pemerintah.