Jalan Berkerikil Ke Rumah Biru, Pergolakan Politik Korea Selatan Pada 1987
TAK seorang berani memastikan bahwa tokoh yang berada dibalik peristiwa berdarah Kwangju (Mei 1980) tujuh tahun kemudian akan terpilih sebagai presiden Korea Selatan. Dan mungkin tak seorang pengamat politik pernah meramalkan bahwa demam pemilu yang menghangatkan Korea Selatan awal musim dingin ini justru terbangkitkan oleh orang yang sama: Roh Tae-Woo, 55 tahun. Tapi itulah kenyataan yang tak lama lagi akan dibahas dari segala segi oleh ahli politik dan sejarah. Sementara ini, baru beberapa tukang ramal yang berani angkat bicara. "Roh Tae-Woo punya mata untuk bersaing dan hidung untuk menang," ujar Nyonya Lee Chung-Ai, seorang ahli fisiognomi, yakni ilmu membaca wajah berdasar konfusianisme. Mata Roh, kata Nyonya Lee, sekilas tampak ramah, namun bila diamati lebih mendalam, justru menyorot tajam bagaikan mata harimau. Ini menandakan ia seorang egoistis yang tahu betul kepentingannya. Hidung Roh (baca: no), yang mirip kepalan tangan, justru menunjukkan bahwa ia punya tekad untuk melakukan apa saja. Tentu demi target yang sudah ditetapkannya. "Politikus bisa menipu dengan kata-katanya," ujar Nyonya Lee, "tapi tidak dengan wajahnya." Ini diungkapkan sang peramal sehari sebelum pemilu presiden secara langsung -- dalam tempo 16 tahun terakhir -- diselenggarakan Rabu pekan silam.
Keywords :Jalan Berkerikil Ke Rumah Biru, Pergolakan Politik Korea Selatan Pada 1987,
-
Downloads :0
-
Views :22
-
Uploaded on :23-12-2023
-
PenulisPDAT
-
Publisher
TEMPO Publishing -
EditorTim Penyusun PDAT: Ismail, Asih Widiarti, Dani Muhadiansyah, Evan Koesumah
-
SubjekPolitik
-
BahasaIndonesia
-
Class-
-
ISBN-
-
Jumlah halaman60
Jalan Berkerikil Ke Rumah Biru, Pergolakan Politik Korea Selatan Pada 1987
Alamat
PDAT Gedung Tempo Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta 12210
Kontak
Phone / Fax: 62-21 536 0409 (ext. 321) / 62-21 536 0408
WA : 62 838 9392 0723
Email : pdat@tempo.co.id
Support
Support Datatempo