Konflik Dayak-Madura
Sampit harus ditempuh sejauh 600 kilometer dari Tamianglayang, Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Selatan, tempat Pak Ukur-begitu ia biasa disebut-lahir 71 tahun silam. Namun, dinamika hidup antar-etnis di ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur itu adalah hal yang bisa ditemukan pula di Tamianglayang. "Percampuran antara etnis Dayak dan Madura adalah fenomena yang bisa disaksikan di berbagai wilayah Kalimantan," kata Fridolin. Doktor teologi ini termasuk salah satu tokoh Dayak yang banyak diminta pemerintah untuk memberikan masukan bagi penyelesaian tragedi berdarah yang pecah di pulau itu sejak dua tahun silam. Menurut Fridolin, apa yang terjadi di Sambas dan Sampit adalah borok lama yang tinggal menanti saat untuk pecah. "Inilah hasil perlakuan tidak adil sebuah rezim yang berkuasa begitu lama: Orde Baru." Ketidakadilan dalam pemerataan ekonomi-termasuk antara kaum pendatang dan penduduk setempat-menurut Fridolin, secara tidak langsung menjadi salah satu penyebab laten pertikaian kedua suku itu.
Keywords :Konflik Dayak-Madura,
-
Downloads :0
-
Views :30
-
Uploaded on :23-12-2023
-
PenulisPDAT
-
Publisher
TEMPO Publishing -
EditorTim Penyusun PDAT: Ismail, Asih Widiarti, Dani Muhadiansyah, Evan Koesumah
-
SubjekPeristiwa
-
BahasaIndonesia
-
Class-
-
ISBN-
-
Jumlah halaman60
Konflik Dayak-Madura
Alamat
PDAT Gedung Tempo Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta 12210
Kontak
Phone / Fax: 62-21 536 0409 (ext. 321) / 62-21 536 0408
WA : 62 838 9392 0723
Email : pdat@tempo.co.id
Support
Support Datatempo