Menyaksikan Seni di Erasmus Huis

BARU saja selesai dipertunjukkan wayang dalam bahasa Indonesia. Hanya tiga puluh menit. Jelas tertangkap banyak kelucuannya dalam penggunaan bahasa. Tapi pertunjukan tersebut memang belum benar benar dimaksud untuk mengganti wayang bahasa Sunda yang biasa dipertunjukkan semalam suntuk. Erasmus Huis, yang menyelenggarakan pertunjukan itu di gedungnya di Menteng tengah bulan lalu telah melepaskan pula Surya Brata kehadapan lebih dari seratus pasang penonton untuk menjelaskan segala sesuatunya dalam bahasa Belanda. Pada kesempatan kedua sebuah suling kemudian ditarik meliuk di antara bunyi kecapi. Halus dan trampil. Sulaeman Danuwidjaja, peniup suling yang sudah berusia 58 tahun, ternyata tak sia-sia bergaul dengan alat itu sejak umur tiga belas. "Banyak anggapan bahwa kecapi dan suling hanya alat penghibur diri", komentar Surya Brata. Ia segera membuktikan bahwa kedua alat tersebut kedudukannya cukup utama dalam bidang seni bunyi. Iapun yakin, keduanya masih membuka kemungkinan besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Siapa tahu ada maksudnya untuk membuat kmbinasi kecapi suling memperoleh penghrgaan, seperti yang kini dapat dinikmati oleh Cianjuran ataupun Degung di tanah Sunda. "Yang pasti", demikian Surya,"dengan mendengar kecapi-suling, ada perasaan lebih dekat dengan kesenian asli".

Keywords :
Menyaksikan Seni di Erasmus Huis,
  • Downloads :
    0
  • Views :
    58
  • Uploaded on :
    24-12-2023
  • Penulis
    PDAT
  • Publisher
    TEMPO Publishing
  • Editor
    Tim Penyusun PDAT: Ismail, Asih Widiarti, Dani Muhadiansyah, Evan Koesumah
  • Subjek
    Seni & Hiburan
  • Bahasa
    Indonesia
  • Class
    -
  • ISBN
    -
  • Jumlah halaman
    60
Menyaksikan Seni di Erasmus Huis
  • PDF Version
    Rp. 75.000

Order Print on Demand : Print on Demand (POD)