
Teater Koma, Suksesi dan Sensor, Perlukah?
ANGIN itu berhenti sejenak di kompleks Taman Ismail Marzuki. Baru sebentar sepoi keterbukaan membuai banyak orang, tiba-tiba saja Suksesi dicabut izinnya. Kabar yang mengagetkan. Sandiwara itu sudah dipentaskan 11 hari. Kalau mau sesuai dengan jadwal, tinggal tiga kali lagi ia akan menghibur penonton yang paling banyak cuma dihadiri 900 orang setiap malamnya. Tetapi begitulah. Tiga hari pun tak lagi diberikan buat Nano Riantiarno, sutradara dan penulis Suksesi, untuk meneruskan olok-oloknya. Tak ayal lagi, semua pendukung Suksesi lemas. Selasa sore pekan lalu, ketika larangan itu sampai, sebagian dari mereka malah sudah siap dengan riasan masing-masing. "Pokoknya, sebelum pasti benar, kita teruskan saja berdandan," kata Salim Bungsu, yang dalam sandiwara itu memerankan tokoh punakawan Bilung. Nyatanya, harapan itu tidak muncul. Suasana jadi sendu ketika kepastian pencabutan izin itu semakin jelas. Nano, sang pemimpin, cuma bisa menghisap rokoknya dalam-dalam. Satu dua pemain yang baru datang kemudian memeluk Nano tanpa berkata apa-apa. "Saya pasrah saja," tuturnya pelan.
Keywords :Teater Koma, Suksesi dan Sensor, Perlukah?,
-
Downloads :0
-
Views :135
-
Uploaded on :24-12-2023
-
PenulisPDAT
-
Publisher
TEMPO Publishing -
EditorTim Penyusun PDAT: Ismail, Asih Widiarti, Dani Muhadiansyah, Evan Koesumah
-
SubjekSeni & Hiburan
-
BahasaIndonesia
-
Class-
-
ISBN-
-
Jumlah halaman60
Teater Koma, Suksesi dan Sensor, Perlukah?
Alamat
PDAT Gedung Tempo Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta 12210
Kontak
Phone / Fax: 62-21 536 0409 (ext. 321) / 62-21 536 0408
WA : 62 838 9392 0723
Email : [email protected]
Support
Support Datatempo