Kisah Pelarangan Haur Koneng

TAK lagi terdengar suara wirid dan syahadat dari lembah Sinar Galih, di Dusun Gunung Seureuh, Kecamatan Lemah Sugih, Majalengka, Jawa Barat. Empat rumah terpencil di kaki Gunung Ceremai yang sebelumnya didiami sekitar 20 orang itu sudah musnah terbakar, saat Kamis malam pekan lalu aparat keamanan menyerbu tempat ini. Sampai akhir pekan lalu, lokasi itu dinyatakan tertutup dan dijaga petugas keamanan. Sawah yang hijau, tanaman ubi kayu, dan kolam ikan di situ tak lagi terurus. Di tempat itulah, sebelumnya, Abdul Manan, 27 tahun, bersama keluarga dan anak buahnya melakukan berbagai kegiatan seperti beribadat dan latihan silat, sekaligus mengembangkan ajaran tarekat. "Kalau subuh dan magrib biasanya mereka membaca wirid dan syahadat 100 kali," cerita Haji Adjat Sudradjat, tetangga Abdul Manan, yang pernah melongok ke sana. Entah aliran tarekat apa yang diajarkan, yang jelas Manan, istri, anak, dan pengikutnya sudah lama memencilkan diri dan tak berhubungan dengan penduduk sekitar. Empat rumah sederhana keluarga ini, yang terpencil di sebuah lembah, terpisah dari penduduk. Menurut Kapolda Jawa Barat Mayor Jenderal Rukman Samirudin, ajaran Manan menyimpang dari Islam, sebab mereka memutuskan silaturahmi. Ke mana-mana mereka membawa tongkat dari bambu kuning, sebab itu penduduk menjuluki mereka dengan bahasa setempat sebagai kelompok haur koneng, yang berarti bambu kuning.

Keywords :
Kisah Pelarangan Haur Koneng,
  • Downloads :
    0
  • Views :
    75
  • Uploaded on :
    24-12-2023
  • Penulis
    PDAT
  • Publisher
    TEMPO Publishing
  • Editor
    Tim Penyusun PDAT: Ismail, Asih Widiarti, Dani Muhadiansyah, Evan Koesumah
  • Subjek
    Sejarah
  • Bahasa
    Indonesia
  • Class
    -
  • ISBN
    -
  • Jumlah halaman
    60
Kisah Pelarangan Haur Koneng
  • PDF Version
    Rp. 90.000

Order Print on Demand : Print on Demand (POD)