Indonesia dan Kasus Pelanggaran HAM Timor Timur

Aparat Dinas Ketenteraman, Ketertiban, dan Perlindungan Masyarakat (Tramtib-Linmas) Provinsi DKI Jakarta dipersenjatai pistol. Berita itu langsung memicu kontroversi sejak pertama kali dirilis sejumlah media akhir 2001 silam. Menurut kritik para aktivis LSM, rencana itu membuktikan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memilih pendekatan kekerasan dalam penertiban. Mendapat reaksi keras, Gubernur DKI Sutiyoso pun mengeluarkan jaminan lisan. "Pistol itu tak mematikan. Itu hanya pistol gas, untuk bela diri," kata bekas Panglima Kodam Jaya ini saat kontroversi itu merebak. Pistol gas rupanya hanya tahap awal. Kepala Dinas Tramtib DKI Soebagio mengatakan, kini di gudangnya ada 70 pucuk pistol api. Sekitar 40 pistol berpeluru tajam telah dibagi-bagikan kepada komandan Tramtib di lapangan. "Agar tidak ada penyimpangan, setiap peluru harus dipertanggungjawabkan," kata Soebagio. Jaminan tinggal jaminan. Pistol Tramtib telah berkali-kali menyalak tanpa aturan. Terakhir, yang jadi korban adalah John Albert, 30 tahun. Adik tokoh pemuda asal Timor Timur, Hercules, itu ditembak Kepala Seksi Operasional Dinas Tramtib DKI Jakarta, Crisman Siregar, saat menjaga tanah kosong di Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (16/2). Sore itu, sekitar 200 anggota Tramtib DKI Jakarta dipimpin Crisman datang ke lahan kosong seluas lima hektare itu. Menurut Soebagio, anak buahnya bermaksud mengamankan pemagaran yang dilakukan Pertamina. "Pertamina mau memagari, tapi dihalang-halangi oleh sekelompok pemuda. Karena itu, mereka minta tolong kami untuk mengamankan," ujarnya. Menurut Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mathius Salempang, di lokasi itu, rombongan petugas Tramtib bertemu dengan sekitar 20 pemuda yang menjaga tanah. Sempat terjadi adu mulut antara kedua pihak. Tak jelas prosesnya, Crisman menghunus pistol yang dibawanya. Tiba-tiba pistol di tangan Crisman meletus dan Albert terkapar. Peluru yang meledak dari jarak dekat mengenai telinga kiri, kemudian tembus dan bersarang di otak kecil korban. Hingga kemarin sore, kondisi Albert, yang dirawat di Rumah Sakit Thamrin, Salemba, Jakarta Pusat, masih kritis. Koma. Polisi sudah menahan dan menetapkan Crisman sebagai tersangka. Tapi reaksi tetap bermunculan. Hercules, yang adiknya tertembak, langsung ke lokasi bersama puluhan anak buahnya. Bahkan dia mengancam akan mengarak mayat adiknya bila meninggal ke kantor pemerintah DKI dan Istana Negara. Dari kalangan DPRD muncul desakan agar kepemilikan senjata api petugas Tramtib ditinjau ulang. Rois Hadayana Syaugie, anggota Komisi A DPRD DKI dari Partai Keadilan Sejahtera, misalnya, minta agar izin kepemilikan senjata api petugas yang melanggar langsung dicabut. Rois juga mendesak Dinas Tramtib membongkar-bongkar data uji kejiwaan petugas yang memegang pistol. "Apa benar mereka telah lulus psikotes?" kata Rois dalam rapat dengar pendapat DPRD dengan Dinas Tramtib DKI kemarin. Menanggapi penggunaan senjata api dalam kasus itu, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Firman Gani mengatakan akan memperketat prosedur kepemilikan senjata api. Polisi akan melakukan tes perilaku (behavior assessment) dalam setiap proses perpanjangan izin kepemilikan senjata api. Polisi juga berniat melakukan tes yang sama kepada setiap pemegang senjata api. "Untuk memastikan tidak ada arogansi pemegang senjata yang dapat membahayakan orang lain," katanya. sapto/ewo/indriani/amal

Keywords :
Indonesia dan Kasus Pelanggaran HAM Timor Timur,
  • Downloads :
    0
  • Views :
    217
  • Uploaded on :
    23-09-2024
  • Penulis
    PDAT
  • Publisher
    TEMPO Publishing
  • Editor
    Tim Penyusun PDAT: Ismail, Asih Widiarti, Dani Muhadiansyah, Evan Koesumah
  • Subjek
    Hukum
  • Bahasa
    Indonesia
  • Class
    -
  • ISBN
    -
  • Jumlah halaman
    76
Indonesia dan Kasus Pelanggaran HAM Timor Timur
  • PDF Version
    Rp. 115.000

Order Print on Demand : Print on Demand (POD)