Bagi penggemar sate, aroma daging berlumur bumbu saat dibakar bisa langsung menggugah selera. Kunci kelezatan sate pun bergantung pada racikan bumbu kacang atau kecapnya. Namun, itu tidak berlaku bagi Pande Nyoman Merta, instruktur di sebuah pusat latihan kebugaran di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Saat keinginan makan sate tak tertahankan, Nyoman biasa memesan sate putih--sate tanpa bumbu apa pun, termasuk kecap. Dia mengaku mulai tak bersahabat dengan bumbu dan makanan bergaram sejak 2001. Itu demi menjaga kebugaran dan kekukuhan otot-otot tubuhnya. Setiap mau mengikuti lomba binaraga, Nyoman mengawalinya dengan "puasa" makan garam. Paling tidak, puasa dilakukan empat minggu sebelum pamer otot berlangsung. "Makanan bersodium benar-benar dijauhi," katanya pekan lalu. Tentu saja, menurut Nyoman, untuk hidup segar dan bugar, orang perlu olah fisik secara teratur, makanan bergizi, dan tidur cukup. Tapi itu saja belum lengkap. Nyoman dan kawan-kawan meyakini, diet sodium bisa membantu mengencangkan ototnya. Dengan asupan sodium rendah, mereka percaya, metabolisme tubuh lebih mudah berlangsung, otot padat pun lebih cepat terbentuk. Lepas dari garam memang tak mudah. Pada fase awal, Nyoman sering merasa lemas dan pusing-pusing. Diet ketat garam pun sempat membuatnya gampang marah. "Kadang saya seperti orang bolot." Tapi, setelah tiga bulan, lidah dan saluran pencernaan Nyoman mulai terbiasa. Garam, dengan beragam jenis dan merek pasarnya, banyak mengandung sodium. Di ruang laboratorium, garam pun dikenal dengan nama sodium chloride. Kandungan sodium pada garam membuat bumbu masak itu penting bagi kesehatan. Agar berfungsi baik, tubuh perlu sodium dalam takaran yang tepat.