Balada Sang Pendakwah Di Negeri Sembilan
Edisi: 36/31 / Tanggal : 2002-11-10 / Halaman : 28 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Widjajanto, Fibri, Rommy , Prasetya, Adi
AZAN subuh baru saja berlalu di Pondok Pesantren Al-Mukmin. Kabut masih membungkus kompleks pendidikan santri di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah itu. Sosok lelaki berperawakan tinggi kurus berjalan menghampiri seorang perempuan. Kedua pasangan ini lantas tenggelam sejenak dalam perbincangan singkat. Sesaat kemudian, tubuh si lelaki bergerak menjauh. Sepeda motor hitam membawanya menembus kawasan pondok yang masih belum benderang itu.
Perempuan pasangannya membalik punggung dan berjalan kembali ke dalam rumah. Pagi itu berlalu seperti hari-hari biasanya ketika si lelaki berpamitan hendak ke masjid atau majelis taklim di desa-desa sekitarnya. Lelaki itu, Abu Bakar Ba'asyir, ternyata baru kembali ke Ngruki hampir 15 tahun kemudian. Aisah Baraja, sang istri, ketika melepas kepergian suaminya pada April 1985 silam, tak menyangka bahwa perpisahan itu adalah awal hijrah keluarganya ke negeri jiran di seberang lautan: Malaysia.
Semuanya serba dirahasiakan. Dalam rombongan, ikut pula Mohamad Iqbal bin Abdul Rahman alias Fikiruddin (dikenal pula dengan julukan Abu Jibril), Agus Sunarto, Ahmad Fallah, Rusli Aryus, Mubin Bustami, Fajar Sidiq, dan Agung Riyadi. Mereka kabur ke Malaysia untuk membantu kedua petinggi Al-Mukmin yang terancam ganjaran penjara gara-gara sikapnya menolak asas tunggal Pancasila. "Tak ada yang tahu kalau kepergian subuh itu untuk hijrah ke Malaysia," ujar menantu Abdullah Sungkar, Ustad Wahyudin.
Keluarga Ba'asyir dan Sungkar baru menerima kabar dari jiran selang setahun kemudian. Seorang kurir membawa sepucuk surat dari kedua pendiri Al-Mukmin tersebut.
Dari Ngruki, rombongan lantas bergerak melewati sejumlah kota di Tanah Air. Rutenya zigzag, dari Semarang, Bandung, Jakarta, Lampung, Medan, hingga ke Malaysia. Dari Medan, mereka menaiki perahu motor yang diisi berpuluh orang. Hingga kini, keterangan tentang detail pelarian Ba'asyir serta para ustad dan santri Ngruki masih mengundang perdebatan. Yang jelas, sudah menjadi rahasia umum bahwa pendiri Al-Mukmin ini pergi dengan cara ilegal. Mereka masuk tanpa dokumen resmi.
Sesampai di Malaysia, mereka memakai nama samaran. Abdullah Sungkar, misalnya, dikenal dengan nama…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…