Pertaruhan Terakhir Presiden Abdurrahman Wahid

Edisi: 14/30 / Tanggal : 2001-06-10 / Halaman : 84 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Sudarsono, Gendur


AKHIRNYA, Presiden Abdurrahman Wahid memilih strategi usang sepak bola yang pasti ia hafal luar kepala: menyerang adalah pertahanan terbaik. Tadinya, menghadapi serangan lawan politiknya, ia memilih cattenaccio-jurus gerendel-mengunci semua "pintu" menuju Sidang Istimewa MPR. Belasan ribu pendukungnya datang dari Jawa Timur dan mengepung DPR, "sarang" lawan politiknya itu. Di dalam gedung, Fraksi Kebangkitan Bangsa mencoba diplomasi "ala kadarnya" untuk membela sang Presiden. Usaha PKB mentok dan kemudian mereka walk out-diiringi ejekan tak pantas fraksi yang lain, misalnya, "Selamat tinggal, ya. Jangan lupa kirim postcard."

Apa daya, PKB cuma punya 48 kursi di Senayan, sedangkan 365 kursi lain setuju sidang istimewa digelar-fraksi tentara memilih abstain kali ini. Dua fraksi besar, PDI Perjuangan (135 kursi) dan Golkar (115 kursi), termasuk yang melawan Abdurrahman. Dan Rabu 30 Mei itu, tepat pukul 21.30, cattenaccio jebol: rapat pleno DPR memanggil MPR menggelar sidang istimewa. Ketua MPR Amien Rais, tokoh yang tergolong "antusias" dengan SI, jelas menyambut gembira. SI akan digelar 1 Agustus, kata Amien.

Dua hari lamanya Presiden Abdurrahman "diam", tapi ia jelas tidak menyerah. Ia "mengolah" langkah balasan.

Jumat pagi pekan lalu, dalam acara peringatan Hari Lahir Pancasila di Istana Negara, ia mulai berbicara lantang. Kiai Ciganjur ini menyatakan tidak bersedia mundur. Bahkan, ia akan bertindak tegas terhadap "pelanggar". Katanya, "Saya tidak menoleransi siapa pun yang melanggar konstitusi."

Jelas alamat ucapan ini adalah para politisi di DPR. Ketika berbicara di Masjid Al Munawaroh, Ciganjur, seusai salat Jumat, ia memberikan deadline satu pekan bagi kalangan DPR. Buat apa? Apa lagi kalau bukan untuk melakukan negosiasi dan membatalkan SI. Dan sepanjang Jumat itu, Presiden Abdurrahman bergerak sangat cepat.

Sore harinya, ia merombak kabinetnya. Tak dinyana, Jenderal Purnawirawan Susilo Bambang Yudhoyono diberhentikan dari jabatannya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan. SBY-begitu nama Susilo disingkat-belum lama menerima tugas berat lewat maklumat presiden. Jabatan kunci itu kini diserahkan kepada Jenderal Purnawirawan Agum Gumelar, yang sebelumnya menjadi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…