Memburu Labah-labah Merah Dari Pasundan

Edisi: 20/31 / Tanggal : 2002-07-21 / Halaman : 66 / Rubrik : LAY / Penulis : Suyono, Seno Joko , Cahyani, Dewi Rina , Idayanie, L.N.


KEPANIKAN segera melanda. Para ilmuwan Lembaga Ruang Angkasa Indonesia (Indonesian Space Control Laboratories) geger. Nusantara 4, satelit kebanggaan Indonesia, dengan awak dua astronaut, Mayor Udara Rukmantoro dan Kapten Udara (Dr.) Sucipto Hadi, lenyap.

Di dalam ruang pengendali, tampak Labah-Labah Merah dan Macan Kumbang bersidekap. Dua superhero asal Bandung itu diputuskan menjadi sukarelawan ke angkasa luar memakai satelit Nusantara 5. ”Anda perhatikan baik-baik bintik-bintik di atmosphere itu. Itu bukan kumpulan asteroid, tapi robot-robot,” demikian tutur seorang ilmuwan menjelaskan. Nusantara 5 akhirnya nyasar ke Planet Irius, planet yang penghuninya perempuan semua.

Konflik melanda planet itu. Sang Labah-Labah Merah pun datang. Semuanya beres. Beberapa makhluk planet itu ikut meluncur ke Indonesia, menjadi warga Bandung. Semula mereka mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan bumi, tapi tiba-tiba timbul keinginan berkuasa. Itulah episode Labah2 Merah Vs Serigala Betina karya Kus Bramiana.

Demam Spider-Man agaknya merembet. Setelah film Spider-Man karya Sam Raimi diputar di bioskop-bioskop Studio 21, Jakarta, kini giliran seri komik Spider-Man terbitan Marvel diterjemahkan ke Indonesia. Semua peristiwa ini mengingatkan kita ke sebuah masa di tahun 1970-an. Labah-Labah Merah, Godam, Gundala, dan Kapten Mlaar menjadi kosakata yang populer bagi penggemar komik di tahun-tahun itu. Di samping ada genre komik silat macam Si Buta dari Gua Hantu, Panji Tengkorak, dan Jaka Sembung, saat itu kita memiliki seri superhero lokal. Seri itu tak kalah sip. Meski harus diakui mereka adalah adaptasi dari Barat, seri itu memiliki keunikan masing-masing yang tak dapat ditemukan pada komik-komik Marvel.

Kita tahu, dengan sistem manajemen penerbitan yang asongan, tanpa hak cipta, serbuan komik asing menyebabkan komik-komik ”blasteran” itu akhirnya hanya menjadi belantara nisan pemakaman. Untuk sekadar bernostalgia saja, kini minta ampun sulitnya. Silakan mengudal-udal los-los Pasar Senen Jakarta, Pasar Beringharjo Yogya, Pasar Palasari Bandung, Pasar Baru Jakarta—tempat dahulu kios komik bertebaran—alamak, langkanya. Malah toko buku Maranatha di Ciateul, Bandung, yang dulu kondang karena khusus menjual komik, kini sudah menjadi toko sepeda motor. Bahkan perpustakaan komik di Yogja dan Bandung sudah sulit menyediakan komik-komik klasik itu. Oke, koleksi Kho Ping Hoo mereka lengkap, tapi kolektor jarang memiliki seri superhero Indonesia.

Pada zamannya, komik superhero itu bisa laku sampai 10 ribu eksemplar. Labah-Labah Merah karya Kus Bramiana, komikus asal Bandung itu, termasuk yang paling disukai. Yang paling populer tentu saja Godam karya Wid N.S. (Widodo Nuntius Sulprizio, kini 64 tahun). Inilah kisah seorang sopir truk di Yogya bernama Awang. Syahdan, se-orang kakek misterius memberinya sebuah cincin. Tiba-tiba... wuih, dia langsung menjelma menjadi seseorang berkostum ala Superman (tentu saja dengan inisial ”G” di dada, bukan ”S”) yang mampu terbang dan memiliki kekuatan super. Adapun Gundala ciptaan Hasmi (kini 56 tahun) adalah kisah seorang pemuda Yogya bernama asli Ir. Sancaka. Keistimewaan Gundala disebabkan oleh Pangeran Cronz, sang penguasa petir, yang menganugerahkan kemampuan baginya untuk berlari secepat kilat seperti jagoan Amerika Flash dan memberinya telapak tangan yang mampu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…