'dukacita' Di Paviliun Indonesia

Edisi: 24/32 / Tanggal : 2003-08-17 / Halaman : 92 / Rubrik : SR / Penulis : Wiyanto, Hendro, ,


TAK ada tanda yang gampang ditengarai untuk sampai ke Paviliun Indonesia di Palazzo Malipiero sejak saya melompat dari vaporetto (bus air) yang menderu dari pangkalan Ferovia, Santa Lucia, menuju San Marco yang sarat oleh penumpang di pagi hari itu.

Lorong-lorong sempit berliku yang terjepit di antara bangunan-bangunan tua yang mempesona di Venezia adalah tanda-tanda itu sendiri. Suasana semacam itu mula-mula melantunkan imajinasi ganjil untuk sebuah pameran seni rupa yang sangat kompleks di masa kini. Tapi inilah bagian dari tradisi Bienal Venezia, yang tertua di dunia, yang diselenggarakan sejak 1895. Di bawah tajuk Mourning of the World: Paradise Lost, empat perupa kontemporer (Arahmaiani, Dadang Christanto, Made Wianta, dan Tisna Sanjaya) mewakili Indonesia dalam Bienal Venezia ke-50 (15 Juni-2 November 2003), yang menggunakan tema besar Dream and Conflicts: The Dictatorships of the Viewer. Selain empat perupa dalam sesi ini, nama Heri Dono muncul sebagai perupa yang diundang di luar konteks nasional.

Pameran nasional untuk negara peserta yang tak memiliki paviliun permanen diselenggarakan di rumah-rumah penduduk yang disewakan. Bangunan tua berusia ratusan tahun yang berdempet-dempet di antara pulau-pulau di kota maritim itu direnovasi sekadarnya sebelum disulap menjadi ruang pameran.

Para perupa Indonesia tetap ngotot untuk tidak undur meskipun dana untuk menyewa paviliun tak juga mengucur dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sampai menjelang batas akhir pendaftaran, 11 Juni lalu. Bahkan kepanitiaan yang dibentuk untuk menangani rombongan perupa ini pun terkesan ragu bekerja. Menjelang tenggat, inisiatif akhirnya muncul dari Yayasan Wianta di Bali (dikelola oleh Intan Wianta,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16

Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…

Y
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16

Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…

P
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05

Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…