Dana Gelap Di Istana Negara
Edisi: 08/31 / Tanggal : 2002-04-28 / Halaman : 24 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Taufiqurohman, M. , Prasetya, Adi , Arjanto, Dwi
KEBIASAAN buruk zaman Soeharto tidak mudah mati. Di era reformasi sekarang, penggudana rakyat secara gelaptidak transparanmasih terus berlangsung. Dugaan penyelewengan dana non-neraca Bulog telah ikut men-jatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid sekaligus menghantui Ketua DPR Akbar Tandjung dari Partai Golkar kini. Tapi belum semua reda, dugaan serupa muncul dan menohok langsung Istana Negara, tempat Presiden Megawati Sukarnoputri dari PDI Perjuangan kini berkantor.
Kali ini menyangkut dugaan penyelewengan dana bantuan presiden (banpres)dana non-neraca juga. Ketika Presiden Megawati melawat ke luar negeri tempo hari, soal ini telah menjadi bahan pergunjingan: layakkah Presiden mengeluarkan dana Rp 30 miliar untuk pem-bangunan asrama TNI/Polri?
Setelah Presiden pulang, soal itu tidak reda, bahkan menjadi-jadi. Tak hanya menyangkut dana asrama, politisi di parlemen kini mempertanyakan semua penggunaan dana banpres, dan bahkan menggugat keabsahan hukum penyimpanan dana itu di Istana Negara.
Kecurigaan muncul mengingat jumlah dana itu sekarang, seperti dilaporkan Sekretaris Negara Bambang Kesowo beberapa waktu lalu, hanya tinggal Rp 330 miliar. Padahal, ketika Megawati menggantikan Abdurrahman Wahid, kas banpres masih Rp 507 miliar (lihat tabel). Di luar itu, Bambang, yang sebelumnya menjadi Sekretaris Wakil Presiden, juga diperkirakan masih menyimpan Rp 100 miliar dana yang nasibnya belum jelas.
Februari lalu, ketika Presiden Megawati mengumumkan bantuan pembangunan asrama, banyak orang memujinya sebagai tindakan yang peka terhadap nasib para prajurit. Tapi, ketika anggota Panitia Anggaran DPR RI Djamal Doa mempertanyakan asal-muasal bantuan tersebut, barulah banyak pihak teringat pada dana banpres itu.
Dana banpres ternyata masih ada di Istana Negara dan belum diserahkan ke Departemen Keuangan sebagaimana dana-dana nonbujeter yang lain. Yang lebih mengejutkan, setelah dicocok-cocokkan, jumlahnya ternyata berkurang banyak sekali. Kalaupun bantuan asrama senilai Rp 30 miliar itu dimasukkan, tetap saja bolongnya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…