I Made Mangku Pastika: "teror Masih Akan Terjadi"
Edisi: 33/32 / Tanggal : 2003-10-19 / Halaman : 80 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Hakim, Jalil, ,
DI Musi, Penyabangan, sebuah desa di kawasan Buleleng di pantai utara Bali, seorang bocah menghabiskan sebagian masa kanak-kanaknya di seputar lemari buku ayahnya. Dari lemari tua tersebut, yang sarat oleh kitab-kitab berbahasa Indonesia, Inggris, Belanda, dan Jepang, I Made Mangku Pastikaânama bocah ituâberkenalan dengan Mahabarata dan Ramayana. Dia membaca swadesi. Dia menyerap ahimsa, satu gerakan antikekerasan yang diajarkan tokoh India, Mahatha Gandhi. Sampai Pastika akhirnya meyakini ini: "Kekerasan tak pernah menyelesaikan masalah. Kekerasan sering kali harus ditutupi dengan kebohongan. Dan kebohongan harus ditutupi dengan kekerasan atau kebohongan yang lebih besar lagi."
Beberapa dekade kemudian, garis hidup Pastika bersilangan dengan sebuah tugas besar: menjadi Ketua Tim Investigasi Bom Bali. Tugas itu diterimanya beberapa waktu setelah Bali diboyakkan oleh tragedi bom 12 Oktober, yang me-moksa-kan 200 jiwa lebih dan melukai ratusan manusia. Pastika bukan lagi bocah pesisiran dengan angan-angan naif tentang ahimsa. Dia jenderal polisi berbintang dua yang paham betul bahwa persentuhan manusia dengan kekerasan bisa jauh melampaui akal sehat. Dia mahir di bidang reserse ataupun intelijen. Maka, jelas tugasnyaâmemimpin penyelidikan tentang jaringan terorisme yang telah meletupkan Bali dalam ledakan dan kobaran api, setahun silam.
Dan setahun sudah lewat pula sejak tragedi itu pecah. Pastika telah melepaskan jabatannya sebagai Ketua Tim Investigasi Bom Bali. Toh kesibukannya tak juga berkurang. Pekan silam, misalnya, dia harus menjamin keamanan 14 kepala negara tatkala para pemimpin negara-negara ASEAN bersidang di Nusa Dua, Bali. Di Bandara Ngurah Rai, penjagaan ketat dan berlapis-lapis. Setiap kendaraan digeledah sejak di gerbang parkir. Di ruang tunggu, berkali-kali terdengar pengumuman meminta penumpang tak meninggalkan barang bawaannya. Barang-barang tak bertuan akan dimusnahkan segera oleh pasukan pengamanan.
Menjabat Kepala Polda Bali sejak beberapa waktu lalu, Pastika memang tuan rumah di bidang keamanan selama perhelatan besar ini dilangsungkan. "Urusan saya sekarang adalah Bali," ujarnya. Dia berterus terang enggan bicara lagi soal terorisme secara khusus, karena urusan berbahaya itu kini ditangani langsung di Markas Besar Polri melalui Direktorat 6 Anti-Teror. Kegiatan investigasi terorisme sempat melambungkan namanya ke panggung dunia. Mingguan Time edisi November 2002 menempatkan dia sebagai salah satu Asian newsmaker.
Sepanjang kariernya, Pastika akrab dengan investigasi sejumlah kasus berat. Umpamanya pembunuhan Theys Hiyo Eluay, Ketua Presidium Papua, dan penembakan warga negara asing di Timikaâyang sempat menjadi sorotan dunia. Menjadi polisi nomor satu di kampung halamannya sendiri, Pastika tetap bekerja dengan naluri seorang reserse: waspada. Dalam menangani perkara kriminal bermuatan politik, dia amat hati-hati. Seperti yang pernah diakuinya kepada TEMPO "...selalu bergerak berdasarkan data lapangan dari tempat kejadian perkara."
Sikap yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…