BILA 'SUDJOJONO' MENGGEMPUR SOTHEBY

Edisi: 32/29 / Tanggal : 2000-10-15 / Halaman : 148 / Rubrik : SR / Penulis : Suyono, Seno Joko , S., Endah W., Setiawan, Iwan

LOT 53 tidak jadi dilelang," demikian Quek Chin Yeow, yang bertugas sebagai pembawa acara lelang Sotheby Singapura, mengumumkan. Para kolektor dari Indonesia yang memadati ruang Nasim I Hotel Regent Singapura, 1 Oktober silam, segera mafhum. Surat protes Museum Sudjojono agaknya membuat Sotheby harus berpikir ulang. Lot 53 adalah nomor untuk lukisan Sudjojono berjudul Girl with Violin, yang dituding keluarga almarhum Sudjojono sebagai lukisan curian.
Boleh jadi, kasus ini membuka pengalaman baru dunia seni rupa Indonesia. Ini kisah bagaimana perjuangan keluarga almarhum pelukis berhadapan dengan pasar lelang internasional. Keberanian menjadi pionir ini adalah karena Girl with Violin, menurut Rose Sudjojono, istri almarhum, adalah lukisan Djuang Main Ukulele, yang hilang 14 tahun lalu. Lukisan itu adalah potret diri Germania Menang Djuang, saat putri Sudjojono ini berusia delapan tahun.

Sementara itu, katalog Sotheby mencantumkan bahwa tahun pembuatan lukisan itu adalah 1979. Bagi Rose Sudjojono, ini adalah kesalahan yang menggelikan, yang membuktikan Sotheby tak paham asal-usul lukisan itu. Bayangkan, Juang lahir pada 1962. Bila dibuat pada 1979, artinya saat itu Djuang berumur 17 tahun dan sudah pasti tak cocok dengan wajah kekanak-kanak-annya dalam lukisan. Gugatan itu ditanggapi oleh Sotheby dengan serius. Di sela-sela kesibukan pelelangan, Peter Cheung, Direktur Sotheby wilayah Asia Tenggara dan Cina, mengatakan kepada Tempo bahwa pihaknya membatalkan kontrak dengan pemilik lukisan Girl with Violin. Tapi mereka belum bisa memastikan apakah itu memang lukisan curian. Alasannya, keluarga Sudjojono belum punya bukti kuat.

Kasus ini mengingatkan kita pada raibnya lima lukisan maestro (karya Affandi, Basuki Abdullah, Raden Saleh) koleksi Museum Nasional yang tiba-tiba muncul di katalog pelelangan Christie Singapura 1996.…

Keywords: -

Rp. 15.000