Seni Lukis Indonesia : Dari Kerancuan Harga Hingga Pemalsuan Lukisan

Edisi: 28/29 / Tanggal : 2000-09-17 / Halaman : 62 / Rubrik : LAY / Penulis : , ,


SEORANG laki-laki belia mengenakan pakaian santai, T-shirt dan blue jeans, masuk ke ruang pamer Bentara Budaya Yogyakarta, Senin sore, 21 Agustus 2000. Ia ditemani dua perempuan yang tampak akrab. Saat itu, dua lelaki lain sedang sibuk memajang beberapa lukisan. Salah seorang perempuan itu menunjuk ke arah dua lukisan yang sudah dipajang di dinding. Tak lama sang lelaki belia itu memandang kedua lukisan itu, berpikir sejenak untuk memilih salah satu dari dua lukisan, dan akhirnya ia menunjuk salah satu lukisan berjudul Merayakan Panen Ikan, karya pelukis Erica Hestu Wahyuni. "Saya pilih ini. Berapa harganya?" tanya Bowo Imanto, laki-laki belia itu, kepada Erica, sang pelukis yang mendampinginya.

Erica menyebut angka Rp 20 juta, tapi ia mengatakan lukisannya baru bisa dibeli setelah pembukaan pameran yang akan berlangsung esoknya, Selasa, 22 Agustus 2000. "Pokoknya saya beli yang itu," ujar Bowo bersikeras, tanpa berniat menawar harga lukisan. Erica bingung karena dua kolektornya yang juga punya hubungan baik dengannya dari Bandung dan Semarang juga bernafsu memiliki kedua lukisannya. Tapi tampaknya transaksi selesai dengan damai, karena tak lama kemudian mereka semua pun berlalu dengan mobil BMW abu-abu metalik keluaran terbaru milik Erica.

Malam harinya, datanglah seorang laki-laki belia ditemani pelukis Made Sukadana, yang mengikutkan dua karya lukisnya pada pameran itu. Laki-laki itu adalah Agung Tobing, seorang pialang saham yang kini bermain dalam bisnis lukisan. Ia langsung menemui panitia dan menyatakan bahwa ia membeli dua lukisan Made Sukadana. Lukisan Sukadana, yang sangat berkarakter khas lukisan dekoratif Bali itu, sudah bertengger di dinding.

Agung membeli kedua lukisan, yang harganya masing-masing Rp 30 juta, tanpa repot-repot menawar. "Saya memesankan untuk kawan saya," katanya. Saat panitia mengisi formulir pembelian, Agung Tobing menelepon dua kawannya di Jakarta melalui telepon seluler tentang transaksi itu.

Transaksi berlangsung persis seperti di Bursa Efek Jakarta. Cepat dan dengan harga yang sudah pasti. "Dua hari lagi duitnya saya transfer," ujar Agung kepada panitia dengan senyum ramah.

Tiga transaksi ini terjadi hanya dalam waktu satu hari di sela-sela kesibukan mengorganisasi pemajangan lukisan menjelang pameran. Bahkan, sebelum transaksi terhadap tiga lukisan itu, karya lukisan Nasirun berjudul Misteri Kursi, yang juga ikut dalam pameran itu, sudah dibeli seharga Rp 35 juta oleh Oei Hong Djien, kolektor kondang dari Magelang, Jawa Tengah, juga tanpa tawar-menawar. Kolektor yang juga dokter medis ini sudah membeli lukisan karya Entang Wiharso seharga sama yang juga ikut dalam pameran ini.

Di ruang pameran ini masih ada lagi karya-karya lukis Nyoman Sukari, Nyoman Masriadi, Djoko Pekik, dan Pupuk D.P., yang diperebutkan kolektor. Hanya beberapa menit setelah pameran yang berjudul "Kabinet Pelangi" ini dibuka akhir Agustus silam, sebanyak 10 lukisan senilai Rp 233 juta dari 12 lukisan yang dipamerkan resmi berpindah tangan. Lukisan karya pelukis yang dijuluki "pelukis Rp 1 miliar", Djoko Pekik, berjudul Pekik Kletingkuning, yang hanya berukuran 40x50 sentimeter dengan cat yang masih basah, sudah terjual seharga Rp 25 juta sebelum lukisan itu menyentuh dinding ruang pameran. Adapun Erica, yang sempat bingung karena ada tiga kolektor yang memperebutkan dua lukisannya, akhirnya bisa lega karena salah seorang kolektor yang sudah akrab hubungannya mau mengalah. Bahkan, sedikit keributan terjadi ketika dua orang kolektor memperebutkan lukisan karya Nyoman Sukari seharga Rp 20 juta.

Inilah suasana yang lazim ditemui pada hampir setiap pameran lukisan setahun belakangan ini. Orang-orang kaya berbondong-bondong berburu lukisan, entah hanya sebagai koleksi atau untuk investasi. Dan yang menarik, lukisan menjadi komoditi yang mudah dijadikan duit, justru di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan ini. Transaksi cepat dengan harga puluhan juta rupiah merupakan sekeping representasi dari bisnis lukisan di Indonesia saat ini.

Di bulan Februari silam, Galeri Mon D‚cor, Jakarta, menjual habis 40 karya lukisan Made Sukadana hanya dalam dua malam. Harga rata-rata lukisannya itu Rp 15 juta. "Saya mengambil sembilan lukisan Sukadana.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…