Pariwara : Sesama Stasiun Televisi Dilarang Seragam
Edisi: 26/29 / Tanggal : 2000-09-03 / Halaman : 89 / Rubrik : PWR / Penulis : Eng Hwa , ,
Suplemen ini terdiri atas dua bagian: tentang kemungkinan TVRI menjadi TVRI Publik (Dirgahayu TVRI, Mudah-mudahan Menjadi Publik) dan sebuah kolom dari pengamat televisi, Veven Sp. Wardhana, tentang keseragaman axara di TV, terutama di lima TV swasta (Televisi Kita: Beragam tapi Seragam).
***
Dirgahayu TVRI, Mudah-mudahan Menjadi Publik
Di tengah upaya TV swasta yang sudah ada mengembangkan diri, dan menunggu TV swasta baru menambah ramai persaingan, TVRI pada ulang tahun ke-38 kini diharuskan menjadi sesuatu yang baru. Pilihan yang bermanfaat: menjadi TVRI Publik.
SIAPAKAH penonton Televisi Republik Indonesia sekarang ini? TVRI yang pekan lalu, 24 Agustus, tepat berusia 38 tahun? Dan satu-satunya stasiun televisi di Indonesia yang--dengan hampir 400 menara relai dan puluhan stasiun lokal--bisa menjangkau lebih dari 80 persen dari 30 juta televisi yang tersebar di seluruh Indonesia?
Tak ada jawaban yang pasti. Tapi, melihat yang terjadi di kota-kota besar saja, kota-kota yang relatif bisa dijangkau oleh lima stasiun TV swasta, penonton TVRI bisa dibilang jarang. Itu bukan karena siaran berita tak lagi monopoli TVRI, bukan juga karena di siang hari TVRI off. Agaknya, pemirsa menganggap acara TVRI kalah menarik dibandingkan dengan tayangan TV swasta. Kata Arswendo Atmowiloto, wartawan-sastrawan yang juga pengamat televisi, dulu TVRI punya acara musik yang digemari, Album Minggu. Kini, Album Minggu memang masih ada, tapi tak lagi menjadi acara yang ditunggu-tunggu.
Dan bukan cuma itu. Banyak tayangan menarik TVRI kini tinggal kenangan. Dari acara musik Chandrakirana sampai acara kuis musik Berpacu dalam Melodi. Dari film boneka Si Unyil sampai sinetron Keluarga Marlia Hardi dan Little House on the Prairie. Dan setelah muncul TV swasta, TVRI tetap mencoba bersaing: hampir tiap malam ada film lepas--semula hanya tiap malam Minggu. Beberapa film seri TV pun ditayangkan, misalnya The Bold and Beautiful dan beberapa film laga.
Tapi TVRI yang dibiayai negara dan dilarang menayangkan iklan ini terpaksa keok dari sisi dana. Chandrakirana, acara semacam Tembang Kenangan di Indosiar sekarang, ditutup karena Rp 4 juta (pada akhir 1980-an) untuk tiap rekaman tak lagi bisa disediakan. Yang menjadi pukulan berat, sejumlah orang TVRI pun boyong ke TV swasta. Ada dua alasan mereka pindah, konon: gaji dan kebebasan.
Mungkin alasan itu benar. Di luar soal dana, ada yang lebih serius. Sesuai…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…