Kisah Mobil Impor, Setelah Keran Dibuka

Edisi: 20/29 / Tanggal : 2000-07-23 / Halaman : 67 / Rubrik : PWR / Penulis : Mathari, Rusdi , ,

BALADA MOBIL MAHAL DI TENGAH KRISIS

Jangan asal kaya; hati-hati membeli mobil impor nonrakitan, misalnya ihwal servis setelahnya.

ADA yang marah soal mobil mewah. Tatkala sebagian besar rakyat masih bergulat untuk bisa hidup sehari-hari, beberapa gelintir miliuner membanting miliaran rupiah untuk sebiji mobil impor utuh atau completely built up (CBU).

Benar; tapi apa salahnya bermobil mewah yang begitu turun dari pelabuhan langsung bisa dikebut? Asal dibayar dengan uang halal hasil keringat sendiri?

Tampaknya, mobil bagi sebagian orang Jakarta (baca: para miliuner itu) berarti segalanya: kebutuhan untuk transportasi, untuk investasi, atau sekadar gengsi. Dua tersebut belakangan itulah yang tampaknya mendasari pembelian mobil CBU nan mahal. Soal kebutuhan mobil, pemandangan di pertengahan Juni lalu di kompleks Balai Sidang Jakarta dan Istora Senayan kira-kira mencerminkan kegairahan orang terhadap kendaraan beroda empat ini. Ketika itu ada pameran mobil impor di Balai Sidang, pameran properti di Parkir Timur, dan pameran "Buku untuk Rakyat" di Istora Senayan--ketiga lokasi dalam satu kompleks. Hampir tiap hari, mobil antre memasuki wilayah ini, dan mencari tempat parkir sungguh susah. Seluruh kawasan parkir penuh. Tapi, ajaib, bila Anda memasuki Istora Senayan, tampak pengunjung pameran buku relatif lengang dibandingkan dengan perparkiran yang sesak. Rupanya, para pengunjung menuju ke satu lokasi: pameran mobil, dan sasaran kedua: pameran properti.

Dan mereka tak cuma cuci mata. Lihat, tak sulit dilihat di Jakarta kini, mobil-mobil mulus asli dari pabrik di luar negeri meluncur di antara Metromini dan Bajaj . Anda mau "menikmati" merek terkenal dari Eropa dan Jerman seperti Rolls-Royce, Ferrari, Jaguar, Alfa Romeo, Porsche Carrera, VW Beetle, Mercedes-Benz, dan BMW seri…

Keywords: -

---

Foto Terkait