Maju Bersama Meraih Peluang ...
Edisi: 29/21 / Tanggal : 1991-09-14 / Halaman : I- / Rubrik : PWR / Penulis :
; MEMADUKAN UPAYA MERAIH PELUANG EKSPOR NON-MIGAS DI AMERIKA SERIKAT Melalui
Program Promosi TTI Pengusaha Besar dan Kuat memperoleh peluang guna membantu
dan mengikutsertakan Pengusaha Kecil dan Menengah yang dinamis untuk maju
bersama, mengembangkan Pangsa Pasar Ekspor Indonesia ADA sebuah negara
berpenduduk 250 juta, kaya (pendapatan nasionalnya US$ 4,864 miliar, sedang
pendapatan per kapitanya US$ 20 ribu), serta setahunnya mengimpor barang
senilai US$ 500 miliar. Dan kalau Anda seorang pengusaha, apa yang terpikir?
; Bila 30 juta penduduknya setiap tahun berpergian ke luar negeri, apa pula
yang lantas Anda bayangkan7 Dan bila modal dari negara itu banyak bertebaran
di berbagai penjuru dunia -- lantaran mahalnya biaya tenaga kerja, maka banyak
sudah bidang- bidang investasi yang tak mungkin lagi digulirkan di negara itu
lalu apa yang mengusik Anda?
; Tak bisa lain, Anda pasti mengendus peluang. Ya, peluang! Betapa tidak?
Data-data menunjukkan, bahwa negara itu pastilah pasar yang luar biasa
gemuknya. Dan sumber arus wisatawan yang mengalir amat deras. Sekaligus mata
air investasi yang amat besar nilainya bagi Indonesia.
; Negara itu adalah Amerika Serikat.
; Berebut Peluang Namun, untuk meraih peluang yang Anda endus tadi tak cukup
hanya dengan menghitung angka-angka. Sebab, tak cuma Indonesia yang mengendus
dan berupaya meraih peluang itu. Nyaris semua negara berebut peluang yang ada,
dan datang membawa penawaran dengan keunggulan dan daya tarik masing-masing.
; Negara pengekspor harus datang dengan keunggulan kualitas produk, ketepatan
waktu suplai dan kontinuitas suplai. Tiga hal ini -- yang tengah kita upayakan
terus menerus untuk mencapai titik optimal -- dan tak dapat ditawar-tawar lagi
jika memang hendak memasuki pasar Amerika Serikat.
; Sebagai negara tujuan wisata, Indonesia harus merebak promosi yang efektif
dan seringkali mahal ke segala penjuru Amerika Serikat. Tentu dengan pikatan
daya tarik panorama alam, budaya, dan kekhasan hidup manusianya -- unsur-unsur
kuat yang juga kita miliki, dan kita tawarkan kepada pelancong dari Amerika
Serikat.
; Bagi negara-negara yang berharap dialiri investasi dari negeri kaya itu, tak
tanggung-tanggung rayuannya, bahkan ada yang menjanjikan fasilitas bebas pajak
(juga pernah kita tawarkan), kemudahan perizinan dan layanan birokrasi -- yang
sekarang ditawarkan Indonesia. Kecuali itu, tentu saja, masing- masing negara
mempromosikan potensinya masing-masing.
; Program Promosi TTl Ringkasnya, persaingan meraih peluang di Amerika Serikat
untuk meningkatkan ekspor non-migas Indonesia, dan persaingan meraih investasi
dan wisatawan dari Amerika Serikat, amatlah sengit serta rumit perjuangannya.
; Maka tidak ada pilihan lain. Sebagai langkah awal untuk memenangkan
persaingan itu diperlukan promosi terencana, terpadu, dan berkesinambungan.
Itulah yang kini tengah dan akan terus dilakukan melalui Promosi Trade,
Tourism and Investment (TTI) yang dipelopori oleh Departemen Perdagangan/BPEN
bersama BKPM dan Ditjen. Pariwisata.
; Program yang menurut rencana akan dilaksanakan di 12 kota di Amerika Serikat
mulai September 1990 sampai Februari 1992 menggelar beberapa bentuk kegiatan.
Grand Solo Exhibition, misalnya, adalah inti kegiatan yang diharapkan dapat
menyajikan potensi bisnis Indonesia secara utuh kepada masyarakat Amerika
Serikat.
; Tidak terkecuali seminar dan business meeting, partisipasi dalam pameran
dagang, special campaign, promosi komoditi oleh berbagai asosiasi, in-store
promotion, pameran dan promosi penjualan di department store. Yang juga tidak
dapat dikesampingkan adalah catalog show, serta penyebaran brosur-brosur
produk ekspor peluang investasi dan berbagai obyek wisata.
; "Dengan memanfaatkan momentum berlangsungnya Pameran Kebudayan Indonesia di
Amerika Serikat (KIAS)," kata Menteri Muda Perdagangan Dr. J. Soedradjad
Djiwandono, "diperkirakan gaung program Promosi TTI akan lebih efektif
menjangkau publik dan pengusaha Amerika Serikat."
; Melibatkan Pengusaha Kuat Program promosi terpadu pertama yang pernah dibuat
Pemerintah Indonesia ini tentu saja menguras sangat banyak dana. "Pemerintah
tak cukup punya anggaran untuk melaksanakannya. Akan tetapi, mengingat
demikian pentingnya Program TTI, saya berpikir, mengapa para pengusaha kuat
tidak dilibatkan?" tutur Djiwandono.
; Maka para pengusaha kuatpun diundang guna menggunakan haknya untuk ikut
berpartisipasi mendukung program yang akan melahirkan eksportir-eksportir
baru, terutama dari kalangan pengusaha dinamis berskala menengah maupun kecil.
Para pengusaha kuat yang menyadari haknya membantu pengusaha kecil dan
menengah itu adalah karena kenyataan bahwa laba yang ditangguknya adalah juga
berkat sehatnya iklim usaha yang dikembangkan Pemerintah dan masyarakat. Maka
dampak menetes itu sekaligus guna mencerminkan rasa tanggung jawab pengusaha
kuat untuk mendorong kemajuan pengusaha kecil dan menengah. Tugas tersebut
memang bukan menjadi tanggung jawab Pemerintah saja. (Baca: Hak Untuk Maju,
Membantu Dan Dibantu Buat Semua Pengusaha Indonesia).
; "Kendati menghabiskan anggaran cukup besar, dan harus menerobos persaingan
sengit di pasar global, Promosi TTI -- dalam jangka panjang -- akan sangat
membantu meningkatkan ekspor non-migas, arus wisatawan dan investasi Amerika
Serikat di Indonesia," ujar Djiwandono.
; "Dalam semua kegiatan TTI yang saya ikuti langsung," cerita Dj iwandono,
"banyak pengusaha Amerika Serikat yang tak tahu letak Indonesia. Apalagi
tentang produk-produk Indonesia dan keunggulannya. Bagaimana pula mereka bisa
tertarik menanam modalnya, jika kandungan alam kita tak pernah mengusik naluri
bisnis mereka?"
; Menmud Perdagangan yakin, setelah publik dan pengusaha Amerika Serikat
mengenal produk, potensi wisata dan peluang investasi di Indonesia antara lain
melalui Program Promosi TTI, "Akan lebih banyak wisatawan, misi dagang dan
investasi yang berdatangan di Indonesia," katanya dengan mantap.
; Keyakinan itu tidaklah tanpa alasan. Meski lamban, pertumbuhan ekspor
non-migas Indonesia ke Amerika menunjukkan kecenderungan meningkat. "Program
Promosi TTI inilah yang diharapkan mampu menggenjot pertumbuhan ekspor
nonmigas kita," lontar Drs. Rudy Lengkong, Kepala Badan Pengembangan Ekspor
Nasional (BPEN), yang menggantikan Ir. Arifin Lumbangaol.
; Nilai Ekspor Non-Migas Indonesia Pada tahun l984 nilai ekspor non-migas kita
ke Amerika Serikat baru mencapai US$ 1,2 miliar. Lima tahun kemudian sudah
menanjak sampai US$ 2 miliar. Tahun silam bahkan sudah naik sampai US$ 2,3
miliar. "Kendati laju kenaikan itu lambat, peluang meningkatkan nilai ekspor
masih terbuka luas," ujar Rudy. "Pasar bagi produk Indonesia -- terutama
produk non-kuota dan produk spesifik Indonesia -- masih longgar," sambungnya.
; Menurut Rudy Lengkong, mantan Konsul Jendral Rl di New York, walaupun nilai
ekspor non-migas kita mengalami pasang naik, "Pangsa pasar produk kita
sebenarnya bahkan belum mencapai satu persen saja dari keseluruhan impor
Amerika Serikat."
; Dari segi pertumbuhan, komoditi yang menjadi primadona adalah tekstil dan
garment. Pada tahun 1986 nilai ekspornya ke Amerika Serikat baru mencapai US$
312,55 juta. Selama empat tahun berikutnya -- sampai 1990 -- nilai ekspor
komoditi ini melonjak terus: dari US$ 390,92 juta, kemudian naik menjadi US$
460,07 juta, lalu menanjak luar biasa sampai US$ 624,20 juta, dan tahun silam
naik lagi menjadi US$ 688,69 juta.
; TQC dan Kualitas Produk "Siapapun tidak akan dapat menyangkal bahwa yang
terlebih dulu harus dijamin untuk merebut pasar adalah kualitas produk.
Pemasaran akan dapat lebih mudah berhasil, bila yang ditawarkan adalah produk
unggul," kata Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Laksamana (Purn)
Sudomo.
; Tokoh yang semasa menjabat Menteri Tenaga Kerja sudah mulai menggugah
masyarakat Indonesia untuk menyadari dan menerapkan fungsi kendali mutu
terpadu atau TQC (total quality control), menjelaskan "Syarat pertama yang
diperlukan untuk menerobos pasar di negara lain adalah mutu produk kita harus
benar-benar dapat diandalkan dan sesuai dengan contoh (sample) yang
ditunjukkan kepada calon pembeli."
; Menurut Sunjoto Tanudjaja, Presiden Direktur PT Great River Garment
Industries, "Perkembangan peraihan devisa dari komoditi tekstil dan garment
semata-mata karena kualitas produk kita memang unggul. Dan kontinyuitas suplai
ke sana sudah cukup baik," katanya. Perusahaan pemegang lisensi 11 merek
terkenal di dunia, antara lain Arrow, Triumph dan Calvin Klein ini setahunnya
memproduksi 13 juta potong pakaian dari pabriknya di areal seluas 6,7 hektar
di kawasan Cibinong.
; Empat puluh persen dari nilai total penjualan tahunan hasil tangan-tangan
trampil 10 ribu karyawannya, diraup dari pasar mancanegara. Adapun total omset
(dari pasar domestik dan ekspor) meningkat dari hanya Rp 50,6 miliar pada
tahun 1989, menjadi Rp 64,7 miliar pada tahun 1990 -- pertumbuhan 28 persen.
; Komoditi yang nilai ekspornya ke Amerika Serikat juga mengalami pertumbuhan
yang menggembirakan adalah furniture. Meski nilai yang diraihnya tak sedahsyat
nilai yang diraup komoditi tekstil dan garment, pertumbuhannya beberapa tahun
terakhir menjanjikan prospek cerah. Cuma menggaet devisa US$ 2,60 juta pada
tahun 1986, di tahun kemudian komoditi furniture mampu meraup US$ 34,74 juta,
dan mencapai US$ 54,39 juta tahun silam.
; "Kualitas bahan baku, desain dan mutu akhir produk furniture Indonesia
menyebabkan permintaan pada komoditi ini makin besar," ungkap Dra.
Koestarinah Soenarpo, Sekretaris Eksekutif Organizing Committee Program
Promosi TTI. "Furniture kita sudah makin luas digunakan di rumah tangga
Amerika," sambungnya.
; Walaupun ada upaya membuat bahan baku tiruan rotan, oleh beberapa negara
pesaing -- akibat dilarangnya ekspor rotan mentah Indonesia. "Namun produk
kita tetap dicari. Yang masih perlu dilakukan adalah menyebarluaskan pasar ke
berbagai negara bagian di Amerika Serikat," ujar Rudy Lengkong menambahkan.
; Menggalang Kebersamaan Akan halnya kayu lapis (plywood), nilai ekspornya ke
AS meningkat dari US$ 317,70 juta pada 1989 menjadi US$ 381,17 juta pada tahun
berikutnya. Penetrasi aktif kalangan eksportir kayu lapis kita dan
bertumbangannya pabrik-pabrik kayu lapis di beberapa negara setelah larangan
ekspor kayu gelondongan Indonesia, makin mencerahkan pasa Amerika Serikat bagi
produk kita.
; "Dengan larangan itu, Pemerintah sebenarnya sudah bergandeng tangan dengan
pihak swasta untuk meningkatkan daya mampu produk Indonesia dalam bersaing di
pasar internasional," ungkap Joso A.G., Direktur Industri PT Barim Pacific
Timber Group.
; "Jika Pemerintah sudah menunjukkan itikad untuk menggalang kebersamaan dengan
pihak swasta, mengapa sesama swasta kita tak segera merapatkau barisan untuk
maju bersama meraih pasar yang lebih besar?" sambungnya bersemangat.
; Meningkatnya nilai ekspor udang kita ke Amerika Serikat hampir 100 persen
pada tahun 1990 (US$ 80,70 juta) dibanding tahun sebelumnya (hanya US$ 47,43
juta), menunjukkan kian hebatnya pengusaha kita menjaga mutu komoditi,
mengingat sangat ketatnya standar mutu yang ditetapkan Food and Drug
Administration (Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan -- FDA). Itulah
sebabnya, dulu, udang yang kita ekspor sering ditolak.
; Komoditi Tradisional lndonesia Adalah komoditi tradisional Indonesia yang
justru menyedihkan, antara lain kopi. Dalam kurun waktu 1986-1989, pertumbuhan
nilai ekspor ke Amerika Serikat menunjukkan kecenderungan menurun. Tahun 1986
nilai ekspornya masih US$ 176,08 juta, tetapi tiga tahun kemudian menurun
drastis, menjadi US$ 97,04 juta. "Ini akibat persaingan ketat dengan kopi
Brazilia," papar Rudy Lengkong. "Panen mereka pada tahun itu, bagus sekali.
Sehingga harga merekapun lebih bersaing."
; Namun, pada tahun 1990 nilai ekspor komoditi ini mulai membaik kembali.
Kendati belum mampu mencapai posisi pada tahun 1986. Mulai membaiknya nilai
ekspor kopi, agaknya, antara lain berkat keberanian para eksportir kopi kita
menggelar berbagai promosi. Itulah yang dilakukan pula oleh PT Sari Incofood,
penghasil kopi Indocafe. Sebelum turut mendukung Program TTI, perusahaan ini
-- bersama Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) -- telah beberapa kali
mengadakan misi dagang dan berpameran di Amerika Serikat.
; Indocafe percaya, bahwa melalui program promosi terpadu seperti TTI,
pengusaha Indonesia dapat mengetahui sendiri peluang di pasar internasional,
serta melakukan dialog langsung dengan calon mitra usaha. Ini amat berguna
untuk memperluas pasar dan jaringan bisnis, maupun mengembangkan investasi.
Membaiknya nilai ekspor kopi, ternyata ditopang pula oleh keberanian para
eksportir melakukan inovasi produk. Indocafe misalnya, menghasilkan kopi
instant, agar selain mampu memperoleh pengakuan internasional bagi kopi
terbaik Indonesia dan memenuhi permintaan ekspor, juga mampu merebut pangsa
pasar yang lebih besar.
; Tekad untuk hanya menghasilkan produk terbaik, menurut Laksamana Sukardi,
sudah seharusnya dimiliki oleh setiap pengusaha yang hendak memasuki ajang
persaingan sengit di pasar global. "Bahkan", kata Managing Director Lippobank
ini, "tekad itu tidak hanya harus dipupuk dan ditularkan pada pengusaha lain,
tetapi juga mesti diwujudkan secara nyata," tutur pria yang ramah ini.
; "Kita tidak cukup hanya mampu menghasilkan produk terbaik. Melainkan juga
mesti berani dan mampu memenangkan persaingan untuk menguasai jaringan
pemasarannya. Di sektor ini kita lemah sekali," ujarnya. Laksamana menuding
praktek monopoli dan proteksi yang berlebihan sebagai biang terjadinya
kelemahan itu. Dengan tetap berjalannya monopoli dan proteksi yang berlebihan,
"Pengusaha dan pedagang kita hanya mampu bersaing di pasar domestik," katanya
tajam. "Begitu memasuki pasar dunia, dan harus bersaing tanpa pelindung di
pasar yang keras, semuanya jadi seperti ayam sayur," paparnya terkekeh.
; Mencontoh Jepang la menyarankan kalangan industri dan para pedagang kita
untuk mencontoh Jepang. "Bersaing ketat di dalam negeri, tetapi begitu
memasuki pasar dunia berjalan seiring, dukung mendukung, untuk menciptakan
pasar baru dan meluaskan pangsa yang sudah ada, sekaligus menguasai jaringan
pasarnya," beber Laksamana. Itu sebabnya ia sangat mendukung upaya bersama
untuk merebut peluang pasar ekspor seperti yang menjadi sasaran Promosi TTI
ini. Dan dukungan Laksamana bukan semata secara moril, tetapi juga
dibuktikannya dengan memberi kesempatan kepada nasabahnya untuk memanfaatkan
kredit ekspor Lippobank. "Berkat kredit ekspor berbunga 12 persen, Lippobank,
berhasil melahirkan beberapa eksportir batu bahkan ada yang tergolong
pengusaha menengah," ujarnya bangga.
; One-stop investment, suatu divisi Lippobank yang melayani para investor,
memberi saran-saran dan informasi tentang Indonesia. "Divisi ini perannya
seperti agen Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)," jelas Laksamana.
; Amerika Serikat: Posisi Keempat Investasi Amerika Serikat di Indonesia punya
sejarah panjang. Bahkan adalah perusahaan dari negara itu yang pertama-tama
menanam modalnya di Indonesia setelah Pemerintah membuka…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…